Universitas Airlangga Official Website

Panel Discussion ICAS 13 Bahas Transformasi di Asia Selatan

Presentasi oleh Emiko Nozawa pada ICAS 13 (sumber: tim ICAS)

UNAIR NEWS – Rangkaian acara  The 13th International Convention of Asia Scholars (ICAS) terus berlanjut. Pada sesi keempat, di hari Selasa (30/7/2024), terselenggara panel discussion yang membahas mengenai transformasi, pertumbuhan, dan keberlanjutan masyarakat di Asia Selatan. 

Tema diskusi kali ini adalah Changing Drastically and Yet the Same?: Examining Growth, Transformation, Intransigence, and Continuity in Everyday Life in South Asia. Acara  ini berlangsung di Gedung ASEEC Tower Ruang A9.03, Universitas Airlangga, Kampus Dharmawangsa-B. 

Emiko Nozawa, dari Chuo University, Jepang memandu jalannya diskusi. Presentasi yang ia bawakan berjudul Partly Free: Gender Roles and Women’s Sexuality in Rural India. Baru-baru ini, Di Bihar, pendidikan perempuan yang meningkat telah memungkinkan lebih banyak wanita bekerja di luar sektor pertanian. “Beberapa wanita dengan percaya diri mengungkapkan rasa syukur atas kebebasan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya,” ungkap Emiko.

Beberapa wanita menikmati kebebasan baru ini, tetapi norma-norma tradisional tentang peran gender dan akses teknologi masih kuat. Sementara pria menggunakan sepeda motor, wanita masih melakukan tugas-tugas rumah tangga dengan peralatan sederhana. Peran budaya yang kuat, seperti pernikahan yang diatur berdasarkan kasta, tetap mengendalikan seksualitas perempuan. 

Ketidakhadiran perubahan ini menunjukkan sifat tertanam dari nilai-nilai budaya yang mengatur kehidupan sehari-hari perempuan. Meskipun demikian, nilai-nilai ini tidak kebal terhadap perubahan. “Seperti yang terlihat dari pelunakan sikap secara bertahap kepada perempuan dan negosiasi interpretasi dapat membawa perubahan tak terduga dalam norma sosial,” tutup Emiko.

Pembicara lainnya, Sanae Ito dari National Institute for the Humanities mengkaji bagaimana pertumbuhan internet di Nepal telah mengubah kehidupan desa yang terletak di pinggiran Kathmandu. Ia membahas terkait penetrasi internet di Nepal yang terus meningkat pesat dalam dekade terakhir. Persentase langganan internet dibandingkan jumlah penduduk meningkat dari 2,6% pada tahun 2009 menjadi 15,2% pada tahun 2012, dan mencapai 97,4% pada tahun 2022.

Internet telah mengubah aliran informasi ke dan dari desa tersebut. Warga desa paling sering menggunakan internet untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman yang tinggal di luar negeri. Dalam presentasinya, Ito menunjukkan beberapa foto warga di Kathmandu yang melakukan video call dengan keluarganya di Australia. 

“Mereka sering melakukan panggilan video untuk berkomunikasi secara intim, seperti sebelum anggota keluarga mereka pindah ke luar negeri, dan mereka yang tinggal di luar negeri dapat berpartisipasi dalam festival dan acara seperti pernikahan melalui siaran videophone,” Papar Ito.

Sepuluh tahun lalu, cara praktis untuk menghubungi keluarga di luar negeri adalah melalui telepon internasional atau pergi ke warnet. Sekarang, warga desa dapat dengan mudah menghubungi keluarga di luar negeri dari rumah mereka. Hal ini menjadi sesuatu yang akhirnya mempermudah anggota keluarga untuk tetap keep in touch meskipun berjarak sangat jauh.

Penulis : Febriana Putri Nur Aziizah

Editor : Edwin Fatahuddin