Saya punya keyakinan penuh para peneliti dan ilmuwan Universitas Airlangga melakukan intensive scientific monitoring on daily basis terhadap kegaduhan beberapa negara maju setelah ditemukannya varian baru virus Corona bernama Omicron baru-baru ini di Afrika Selatan. Presiden Amerika Serikat Joe Biden langsung mengeluarkan kebijakan Travel Ban dari dan ke negara Afrika Selatan dan tujuh negara di sekitarnya. Keputusan Pak Joe Biden ini diikuti oleh negara Inggris, Kanada, Israel, Belanda dan beberapa negara Eropa lainnya. Menurut W.H.O varian baru ini lebih berbahaya dan penularannya lebih cepat ketimbang varian delta yang menyerang seluruh dunia. Varian baru ini selain di Afrika Selatan juga ditemukan di Inggris, Hongkong, Malawi, Israel, Jerman, Belgia, Bostwana, dan Itali,
Keputusan beberapa negara untuk tidak pergi ke Afrika Selatan diprotes oleh pemerintah Afrika Selatan. Menteri Luar Negeri Afrika Selatan mengeluarkan pernyataan bahwa seharusnya “excellent science should be applauded, not punished” atau keberhasilan Afrika Selatan menemukan varian baru berdasarkan advanced scientific finding itu diberikan selamat bukannya dihukum. Apalagi, Afrika Selatan berhassil melakukan “genomic sequencing and ability to detect new variant”. Afrika Selatan merasa dihukum oleh negara-negara Barat dan menganggap itu keputusan politik yang tidak adil. Apalagi, ada bukti bahwa ada varian baru yang melanda Eropa tidak ada kaitannya dengan Afrika Selatan. Yang jelas, penemuan varian baru itu mengakibatkan kegaduhan politik, social, dan ekonomi.
Per tanggal 28 November 2021 harga saham-saham di New York Stock Exchange jatuh akibat berita ditemukan varian baru corona tersebut. Kejatuhan harga saham itu tentu mengejutkan mengingat sebagian besar warga negara-negara maju itu saham minded atau membeli saham di pasar bursa. Kalau harga saham yang dibeli itu turun maka juga berarti ‘kemakmuran’ mereka ikut turun. Para pengamat saham di New York berpendapat bahwa harga-harga saham itu jatuh karena masih belum adanya informasi yang akurat sejauh mana bahaya varian baru ini, seberapa cepat penularannya, apakah vaksin yang ada mampu menghadapi varian baru ini. Para pelaku di bursa saham sekarang ini juga menantikan informasi sejuh mana keberhasilan negara-negara maju menemukan vaksin yang bisa melawan Omicron.
Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara lain di Eropa dan Asia saat ini aktif melakukan penelitian atas munculnya varian baru ini. Perdana Menteri Inggri Boris Johnson mengatakan bahwa perlu waktu tiga minggu untuk mengetahui efektifitas vaksin yang ada dalam menghadapi varian baru yang disebut sangat berbahaya.
Kita patut bersyukur di Indonesia saat ini kasus Corona sudah melandai. Namun harus tetap waspada karena di beberapa kota dilaporkan adanya peningkatan baru warga yang terpapar Corona. Belum lagi munculnya berita ditemukannya varian baru Omicron yang dikabarkan sangat berbahaya itu. Semua ini menjadikan begitu pentingnya penemuan Vaksin Merah Putih yang dilakukan Universitas Airlangga serta pentingnya peranan Universitas Airlangga beserta para penilitinya.
Seperti yang saya sebut di awal tulisan ini, para peneliti di Universitas Airlangga terutama tim Vaksin Merah Putih saat ini juga melakukan monitoring yang sangat seksama atas adanya varian baru. Mudah-mudahan para peneliti Ksatria Airlangga bisa menemukan solusi dalam menghadapi penyebaran varian baru ini. (*)