Mikrobiota dianggap penting karena terlibat dalam metabolisme energi, penyerapan nutrisi, maturasi system imun intestinal, dan proteksi terhadap patogen. Mikrobiota gastrointestinal memainkan peran penting dalam tubuh manusia, seperti regulasi respon imun, kolonisasi patogen, dan beberapa penyakit lainnya. Perubahan pada keseimbangan hal tersebut dapat menjadi predisposisi kanker. Lambung manusia dianggap steril karena keasamannya yang tinggi sehingga banyak ditemukan mikrobiota di sana. Ketebalan lapisan mukus dan gerakan peristaltik pada lambung adalah faktor lain yang bisa menekan pertumbuhan bakteri. Aktinobakteri, Proteobakteri, Firmicutes, Fusobacteria dan Bacteroidetes adalah lima filum utama yang ditemukan di lambung. Komposisi mikrobiota lambung berubah seiring berjalannya waktu. Helicobacter pylori mendominasi lambung serta diperkirakan sudah mengkolonisasi hampir separuh penduduk dunia. Infeksi H. pylori banyak dikaitkan dengan perkembangan gastritis kronis serta dikategorikan sebagai karsinogen. Perubahan dari mikrobiota lambung ini diperkirakan dapat memengaruhi imunobiologis pada lambung dan kemungkinan menimbulkan penyakit lambung.
Hubungan antara mikrobiota lambung dan pejamu sulit diketahui karena sulitnya kultur pada mikroba ini. Kondisi hipokloridria pada gastritis atrofi dianggap memungkinkan pertumbuhan mikroba lain. Bukti menunjukkan bahwa organisme memainkan peran yang lebih besar dalam perkembangan penyakit. Studi menunjukkan koneksi prospektif mikroba selain H. pylori dalam karsinogenesis dan bahkan penyakit gastroduodenal yang lain.
Berdasarkan dari gambaran di atas, peneliti dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, RSUD Dr. Soetomo, Universitas Airlangga berhasil mempublikasikan hasil review article di salah satu jurnal Nasional terkemuka, yaitu The Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology and Digestive Endoscopy. Tujuan dari review article ini adalah untuk memahami interaksi antara mikrobiota dan kemungkinan risiko penyakit.
Dalam review tersebut diketahui bahwa lambung dianggap steril karena produksi asam dan tidak menguntungkan untuk perkembangan bakteri. Bakteri ini memiliki dampak yang signifikan baik pada daerah duodenum dan mulut. Sebuah penelitian menemukan bahwa tidak adanya H. pylori di lambung menunjukkan adanya mikrobiota lambung yang lebih beragam. Actinobacteria, Firmicutes dan Bacteroidetes semakin berkembang di lingkungan negatif H. pylori. Selain itu, Teknik sequencing yang digunakan telah mengungkapkan genera utama yang ditemukan di lambung adalah Streptococcus, Rothia, Veillonellaand Prevotella. Para peneliti telah menemukan bakteri lain yang resisten terhadap asam, seperti Streptococcus, Neisseria dan Lactobacillus, yang semuanya berasal baik rongga mulut atau duodenum.
Hasil lain yang didapat dalam review adalah terkait hubungan mikrobiota lambung dengan beberapa penyakit. H. pylori disebut sebagai bakteri karsinogen oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1994 karena menginduksi gastritis kronis yang akhirnya menjadi kanker lambung. Infeksi H. pylori menyebabkan gastritis (antrum-predominan) dengan meningkatnya keasaman di antrum dan gastritis atrofi di corpus, yang akhirnya menyebabkan kanker lambung. Selain itu, infeksi H. pylori juga berhubungan dengan tukak lambung, jaringan limfoid terkait mukosa limfoma (limfoma MALT) dan non-kardia adenokarsinoma lambung. Infeksi H. pylori dikaitkan dengan perkembangan gastritis kronis, tetapi perubahan komposisi mikrobiota lambung juga berperan dalam karsinogenesis.
Beberapa kesimpulan yang didapatkan dalam review ini antara lain adalah Mikrobiota lambung memiliki bagian penting dalam perkembangan penyakit lambung. Studi terbaru telah menunjukkan berbagai bakteri selain H. pylori. Lima filum telah ditemukan di mukosa lambung, seperti Firmicutes, Bacteroidetes, Actinobacteria, Fusobacteria dan Proteobacteria yang mungkin berkontribusi pada proses patologis. Beberapa genera seperti Streptococcus, Lactobacillus, Bifidobacterium dan Lactococcus telah ditemukan dan berkorelasi dengan kejadian kanker lambung. Namun, peran mikrobiota belum diklarifikasi. Penelitian lebih lanjut untuk memahami detail mekanisme interaksi antara mikrobiota lambung dan lingkungannya diperlukan untuk menjelaskan peran non- bakteri H. pylori untuk memungkinkan sudut pandang baru untuk pencegahan dan pengobatan penyakit lambung di masa depan.
Penulis: Muhammad Miftahussurur
Informasi detail dari penelitian ini dapat dilihat pada link artikel berikut :