UNAIR NEWS – Patah tulang atau fraktur adalah kondisi ketika tulang yang patah sehingga menyebabkan perubahan bentuk. Kendati begitu, hal itu dapat sembuh tergantung pada jenis yang korban alami. Lantas, apa saja jenis patah tulang dan bagaimana penanganannya?
Dosen Orthopaedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR), dr M Hardian Basuki SpOT (K), mengatakan ada dua jenis patah tulang. Yakni, terbuka yang menimbulkan luka dan tertutup yang tidak menunjukkan adanya luka.
Perbedaan
Berdasarkan ada tidaknya luka, dr Basuki menjelaskan, kejadian terbuka cenderung lebih berbahaya dan harus segera mendapat penanganan. Sementara, diagnosisnya tertutup masih membutuhkan pemeriksaan lanjut.
“Patah tulang terbuka kalau tidak ditangani dalam waktu delapan jam bisa menyebabkan infeksi. Tulang yang terinfeksi ini paling sulit sembuh, bahkan bisa bertahan seumur hidup,” kata dr Basuki dalam siaran Dokter Edukasi, Jumat (4/8/2023).
Ia menerangkan, kedua jenis tersebut memiliki penyebab yang sama. Salah satunya, akibat tulang menerima tekanan atau benturan yang kekuatannya lebih besar daripada kekuatan tulang. Penderita patah tulang, lanjut dr Basuki, mengalami gejala berupa nyeri hingga sulit menggerakkan anggota tubuh yang patah.
Penanganan
Terkait tata laksana, baik yang terbuka atau tertutup perlu pemeriksaan lebih lanjut seperti foto rontgen. Menurut dr Basuki, hal ini karena tidak semua kejadian dengan luka adalah terbuka. Kondisi itu bisa terjadi pada patah tulang tertutup yang disertai dengan luka.
“Satu yang harus waspada, ada luka atau tidak sebab penanganannya patah tulang terbuka dan tertutup, red) berbeda. Kejadian terbuka harus segera membutuhkan tindakan, sedangkan kejadian tertutup tindakannya bisa ditunda,” tutur dokter spesialis bedah ortopedi itu.
Ia juga memaparkan, penanganan pertama pada kejadian terbuka dengan cara menutupi bagian tulang yang terluka atau menggunakan kain bersih. Tindakan tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya kontaminasi yang dapat menimbulkan infeksi. Lebih lanjut, dokter umumnya akan menyarankan pasien kejadian terbuka agar melakukan operasi.
Di sisi lain, kata dr Basuki, penanganan patah tulang tertutup yang pertama adalah tidak memijat anggota tubuh yang menunjukkan perubahan bentuk atau posisi. Namun, seseorang bisa membantu penderita itu dengan menyangga anggota tubuhnya yang mengalami nyeri.
Selanjutnya, penderita harus segera ke rumah sakit sebab hal itu rawan terjadi komplikasi. Pada kasus tertentu, ia menyebut, kejadian tertutup tidak membutuhkan operasi. Terlebih, pasien yang memiliki penyakit berat dan anak-anak yang bisa mendapat penanganan dengan pemasangan gips.
“60 persen kejadian pada anak-anak itu bisa mendapat pengobatan tanpa operasi. Artinya, cukup dengan gips yang bertujuan untuk memfiksasi atau membuat tulang tersebut tidak banyak gerak,” ujarnya.
Menurut dr Basuki, lama penyembuhan terpengaruhi oleh faktor usia, penyakit bawaan, dan patah tulang patologis. Maka untuk pencegahan, ia menyarankan agar masyarakat dapat menjaga kesehatan tulang dengan pemenuhan kalsium yang cukup serta pola hidup sehat.
Pada akhir, ia berpesan bahwa kondisi itu dapat sembuh dengan operasi maupun tanpa operasi. “Paling penting adalah mencegah terjadinya komplikasi hal itu melalui penanganan yang tepat dan akurat oleh ahlinya, yaitu spesialis ortopedi,” pungkasnya.
Penulis: Sela Septi Dwi Arista
Editor: Nuri Hermawan