UNAIR NEWS – Petugas kesehatan cenderung mengalami kelelahan yang lebih sering jika dibandingkan dengan pekerjaan lainnya. Hal itu dapat menjadikan burnout atau stress yang dialami seorang individu terhadap lingkungan kerjanya. Sehingga, burnout bisa mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhan termasuk kesalahan dalam menangani pasien.
Oleh karena itu mahasiswa Teknik Industri Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) UNAIR menarik kesimpulan dari berbagai review jurnal penelitian terkait dampak burnout pada petugas kesehatan. Kelompok tersebut beranggotakan Masarrah Relegia Kesuma (162012533040), Nareswari Natha Udiyani (162012533051), Muhammad Rais Rahman Hakim (162012533034), Gilang Fadly Hassani (162012533032), dan Ketut Prasadan Wiwardhana (162012533089).
Kepada UNAIR NEWS pada (10/5/2023), Rais salah seorang anggota kelompok menjelaskan alasan bahwa kelompok mereka menulis artikel ilmiah “Evaluasi Medication Error Awareness Terhadap Kualitas Beban Kerja Petugas Kesehatan Akibat Burnout Syndrome di Perkotaan”.
Alasan Memilih Topik Terkait
Rais menyebutkan alasan mengangkat topik tersebut karena dalam beberapa tahun terakhir, beban kerja yang berlebihan pada tenaga kesehatan itu menjadi masalah serius di seluruh negara. Beban kerja yang berlebih dapat menyebabkan tenaga kerja mengalami juga mengalami burnout.
Penelitian tersebut menggunakan desain multicenter, sehingga data dapat dikumpulkan dari beberapa pusat atau lokasi. Dengan terkumpulnya data kuesioner dari para perawat departemen gawat darurat anak, harapannya dapat terkumpul juga informasi tentang karakteristik demografis perawat, beban kerja, dan perencanaan tenaga kerja di daerah perkotaan khususnya selama pandemi COVID-19.
“Artikel juga diharapkan mampu mengevaluasi terhadap kesalahan pengobatan atau penanganan pasien untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan,”
Dampak Beban Kerja Berlebih
Beban kerja berlebih yang dapat menyebabkan burnout bisa terjadi pada penyedia layanan kesehatan karena kurangnya jumlah personil petugas kesehatan. Hal ini dapat terlihat dari kesulitan berkonsentrasi, koordinasi, dan pengambilan keputusan. Selain itu, ujar Rais, dampaknya bisa meningkatkan risiko terjadinya medication error atau kesalahan dalam penanganan pasien.
“Kelebihan beban kerja yang terjadi juga dapat berpengaruh terhadap turunnya motivasi petugas. Dan juga adanya peningkatan beban kerja yang terjadi secara terus-menerus, sejalan dengan penurunan kinerja kognitif petugas kesehatan. Sehingga hal inilah yang kemudian berakibat dalam kurangnya kualitas dalam memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat,” ujar Rais.
Dari analisis data yang dilakukan, ditemukan bahwa perlu adanya evaluasi terhadap kesadaran dalam sistem pelaporan medis mengenai kesalahan medis. Kesalahan medis ini terjadi karena hilangnya informasi klinis yang dibutuhkan akibat dari sistem pelaporan yang kurang optimal.
“Para petugas yang tidak melapor dan kurang memiliki kesadaran dalam pelaporan medis. Sehingga ketika terdapat suatu hal yang tidak sesuai, maka mereka akan beralasan bahwa shift kerja dan sifat perawatan memakan waktu pelaporan,” jelasnya.
Solusi Menggunakan HRA Techniques
Solusi lain untuk mengurangi beban kerja berlebih adalah dengan menggunakan HRA techniques. Pada HRA ini dilakukan analisis risiko kesalahan manusia dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Solusi ini dapat mendukung penyedia layanan kesehatan untuk memperdalam pemahaman dalam membangun social infrastructure.
“Hal itu berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan, dan kemampuan para petugas kesehatan dalam menghadapi situasi yang kompleks,” tutup Mahasiswa FTMM angkatan 2020 tersebut.
Penulis: Monika Astria Br Gultom
Editor: Feri Fenoria
Gambar 1: Potret Petugas Kesehatan pada saat Mengalami Kelelahan (sumber: roznegarealborz.ir)
