UNAIR NEWS – Beberapa waktu lalu, berita mengkhawatirkan tentang potensi gempa besar megathrust ramai memenuhi media sosial. Menyikapi isu tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan pelatihan Mawacana (Mahasiswa Tanggap Bencana). Pelatihan tersebut bertajuk “Membangun Peran Mahasiswa yang Sigap dan Tanggap dalam Mitigasi Bencana Gempa Bumi”.
Kegiatan ini terlaksana secara daring via Zoom Meeting pada Minggu (15/9/2024). BEM FKM menghadirkan Ludy Ferdian SH, selaku Analis Kebencanaan Ahli Pertama BPBD Kota Surabaya sebagai pemateri. Dalam paparannya, ia menekankan bahwa mahasiswa harus memiliki pemahaman yang baik serta kesiapsiagaan menghadapi bencana. Terutama gempa bumi.
“Posisi Indonesia yang terletak di cincin api pasifik membuatnya rentan mengalami bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami. Mahasiswa harus sigap dan tanggap terhadap situasi bencana agar dapat mempersiapkan diri serta dapat berbagi wawasan ini kepada keluarga dan lingkungan sekitar. Supaya mereka juga tahu apa yang perlu dilakukan ketika terjadi bencana,” jelasnya.
Pentingnya Kesiapsiagaan
Ludi menyoroti kekhawatiran yang banyak menjadi pembicaraan beberapa waktu lalu tentang gempa megathrust. “Zona megathrust Selat Sunda sudah lama tidak melepaskan energi. Sehingga ada kekhawatiran bahwa gempa besar bisa terjadi sewaktu-waktu. Siklus gempa besar biasanya terjadi setiap 200-300 tahun, dan berdasarkan data dari BMKG, sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar di sana,” kata Ludy.
Lebih lanjut, ia juga menekankan agar masyarakat tidak panik terhadap berita yang beredar di media sosial. Menurutnya, berita tentang megathrust yang sering muncul bukanlah sebuah prediksi, melainkan sebuah potensi.
“Potensi ini bisa terjadi atau tidak dan hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan waktu gempa akan terjadi. Tim evakuasi tidak mungkin langsung tiba di lokasi bencana saat gempa terjadi karena persiapan membutuhkan waktu. Oleh karena itu, yang bisa kita lakukan adalah selalu siap siaga,” tegasnya.
Cara Lindungi Diri
Ludy juga memberikan tips untuk melindungi diri saat gempa terjadi. Ia menekankan bahwa langkah pertama dalam menghadapi gempa adalah menyiapkan rencana penyelamatan diri.
“Hal pertama yang harus dilakukan adalah tetap tenang dan jangan panik. Segera berlindung di bawah meja yang kokoh, jangan gunakan meja kaca. Pegang kaki-kaki meja hingga gempa reda. Jika tidak ada meja, gunakan kursi untuk melindungi kepala dan leher bagian belakang, kemudian jongkok dengan posisi kuda-kuda,” jelasnya.
Ludy juga menambahkan bahwa ketika kita berada di dalam gedung saat gempa, akan sangat berbahaya jika langsung lari keluar. Ia menjelaskan bahwa gempa biasanya hanya berlangsung 10 hingga 20 detik. Sehingga waktu tersebut sebaiknya dimanfaatkan untuk berlindung sejenak sebelum berjalan menuju titik kumpul melalui jalur evakuasi.
“Jika kita berada di dalam ruangan saat gempa, jangan sekali-sekali menggunakan lift atau eskalator. Sebaiknya gunakan tangga darurat yang lebih kokoh. Sementara itu, jika kita berada di luar ruangan, sebaiknya segera menjauh dari bangunan tinggi, tiang listrik, dan pohon. Carilah tempat terbuka yang jauh dari potensi bahaya,” pungkasnya.
Penulis: Raissyah Fatika
Editor: Yulia Rohmawati