Lele sangkuriang (Clarias gariepinus) merupakan jenis komoditas unggulan ikan tawar konsumsi yang memiliki prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha budidaya. Kelebihan ikan lele dibandingkan dengan komoditas lainnya adalah memiliki nilai ekonomis dan sangat mudah untuk dibudidayakan, dapat dipelihara dengan lebih mudah, dapat dipelihara dalam lahan yang sempit, dan mampu hidup di lingkungan yang kurang baik.
Selain itu, ikan lele memliki cita rasa daging yang cukup gurih dan mengandung gizi yang tinggi sehingga sangat banyak diminati oleh masyarakat; budidaya ikan lele terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat. Berdasarkan KKP 2011 menjelaskan bahwa Produksi ikan lele di Indonesia pada rentang waktu antara tahun 2005-2009 menunjukkan peningkatan produksi rata-rata sebesar 31,55% per tahun.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan permintaan masyarakat yaitu meningkatkan produktivitas budidaya ikan lele dengan pertumbuhan dan kelulusan hidup yang tinggi diantaranya adalah pemberian probiotik dalam pakan ikan. Pemberian probiotik dalam pakan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan dan kelulusan hidup ikan dimana fungsi fisiologis ikan tersebut menjadi meningkat, terutama kemampuannya dalam mencerna pakan, dengan harapan probiotik tersebut dapat terbawa ke dalam saluran pencernaan.
Secara teori probiotik sendiri merupakan produk yang tersusun oleh biakan mikroba atau pakan alami mikroskopik yang bersifat menguntungkan dan memberikan dampak bagi peningkatan keseimbangan mikroba saluran usus hewan inang. Pentingnya probiotik bagi budidaya ikan adalah untuk mengatur lingkungan mikroba pada usus, menghalangi mikroorganisme patogen usus dan memperbaiki efisiensi pakan dengan melepas enzim-enzim yang membantu proses pencernaan makanan.
Pada kesempatan ini penulis telah membuat eksperimen dan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan masing-masing 3 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan yaitu P0 : Tanpa perlakuan penambahan probiotik (kontrol), P1 : Penambahan probiotik (Bacillus Subtilis, Bacillus meganterium, Bacillus polimyxa, Nitrosomonas sp. dan Enzym Amylase) dengankonsentrasi 5×107cfu/g, P2 : Penambahan probiotik (Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium logum, dan Streptococcus faecalis) dengankonsentrasi 5×109cfu/g. Sample ikan penelitiannya adalah Catfish Sangkuriang (24.49±1.21 g) dengan padat tebar 1500 ekor/kolam dan dipelihara selama 30 hari.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa Perlakuan terbaik adalah probiotik P1 secara kuantitatif berpengaruh nyata menghasilkan pertumbuhan dan efisiensi pakan lebih baik dari pakan yang tidak diberi probiotik P0 dan probiotik P2; FCR (0,7±0,57), SGR (4,33±0,11), EPP (109,61±9,69), SR (96,91±0,45), DWG (2,07±0,18). Kualitas air pada media pemeliharaan selama penelitian terdapat pada kisaran yang layak untuk pemeliharaan C. bathracus.
Beberapa teori yang dapat diuraikan mengapa Penambahan probiotik pada perlakuan P1 merupakan yang terbaik diantaranya terdapat bakteri Bacillus spp. dapat memicu aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan pakan untuk pertumbuhan ikan, sesuai dengan pendapat Gomez et al. (2007) yang menjelaskan bahwa bakteri Bacillus sp. akan meningkatkan penyerapan pakan dan selanjutnya berperan dalam peningkatan pertambahan berat. Meningkatknya penyerapan pakan disebabkan adanya keseimbangan mikroba pada saluran pencernaan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mulyadi (2011) yang menjelaskan bahwa aktivitas bakteri dalam pencernaan akan berubah dengan cepat apabila ada mikroba yang masuk melalui pakan atau air yang menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan bakteri yang sudah ada dalam saluran pencernaan dengan bakteri yang masuk.
Bacillus sp. merupakan salah satu jenis bakteri yang diyakini mampu untuk mengkatkan daya cerna ikan. Menurut Fardiaz (1992) bakteri ini mempunyai sifat dapat mengsekresikan enzim protease, lipase dan amilase dan berpartisipasi dalam proses pencernaan untuk memecah nutrisi seperti karbohidrat, protein dan lipid dengan memproduksi enzim ekstraseluler (Teli et al., 2014].
Selain itu pada perlakuan Probiotik P1 terdapat bakteri Nitrosomonas sp. yang dapat mendegradasi bahan organik pada media budidaya secara optimal, sehingga kadar amonia pada media budidaya perlakuan P1 lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu sekitar 0.12 mg/L. Penurunan kadar amoniak pada perlakuan P1 terjadi disebabkan adanya proses nitrifikasi oleh bakteri Nitrosomonas yang dimiliki probiotik P1 sehingga proses reduksi amoniak berjalan lebih cepat daripada perlakuan tanpa penambahan bakteri probiotik. Sedangkan probiotik P0 dan P2 tidak tedapat bakteri nitifikasi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik P1 (Bacillus spp., Nitrosomonas sp. dan enzym amylase) konsentrasi 5×107cfu/g pakan memiliki efek positif pada kinerja pertumbuhan, pemanfaatan pakan dan kualitas air pada Catfish Sangkuriang (Clarias gariepinus) (p < 0.05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik P1dapat menjadi alternatif yang efektif untuk memastikan peningkatan growth and performance feed pada catfish sangkuriang (Clarias gariepinus).
Penulis: Rozi
Artikel lengkapnya dapat diakses melalui link jurnal berikut ini:
https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/441/1/012068