Universitas Airlangga Official Website

Infeksi peritoneum pascaoperatif tetap menjadi masalah serius meskipun kemajuan dalam teknologi bedah. Kasus-kasus ini sering menyebabkan rasa sakit perut yang akut, yang memerlukan penanganan segera. Dalam beberapa kasus, infeksi ini bahkan dapat berkembang menjadi sepsis, sebuah kondisi yang mengancam jiwa. Pada kasus tertentu, seperti yang akan kita bahas dalam artikel ini, cedera pada organ internal, seperti kandung kemih, dapat menyebabkan komplikasi serius.

Abses subkutan masif adalah kondisi serius yang memerlukan perhatian medis segera. Kehadirannya dapat menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa, termasuk sepsis dan gangguan fungsi organ yang berpotensi fatal. Dalam beberapa kasus, abses subkutan dapat berkembang secara bertahap dari infeksi lokal menjadi kondisi yang menyebar secara sistemik, mempengaruhi kesehatan keseluruhan pasien. Oleh karena itu, diagnosis dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah eskalasi kondisi yang lebih serius. Pengetahuan yang baik tentang gejala dan tanda-tanda abses subkutan, bersama dengan pemahaman tentang tindakan yang diperlukan untuk penanganan, dapat membantu meningkatkan hasil bagi pasien. Dalam konteks ini, laporan kasus ini memberikan wawasan yang berharga tentang kompleksitas dan tantangan yang terlibat dalam penanganan abses subkutan masif, serta menyoroti perlunya pendekatan yang holistik dan terkoordinasi dalam merawat pasien dengan kondisi serupa.

Seorang pria berusia 60 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan utama merasa penuh di perutnya selama 7 hari, disertai dengan nyeri perut kanan bawah yang tidak menjalar. Pasien tersebut sebelumnya telah menjalani prosedur reseksi transurethral prostat (TURP) dan perbaikan kandung kemih. Namun, ruptur kandung kemih iatrogenik terjadi sebagai komplikasi dari prosedur TURP, yang akhirnya menyebabkan abses subkutan massif.

TURP adalah prosedur penting dalam pengobatan pembesaran prostat. Namun, seperti halnya dengan banyak prosedur bedah lainnya, risiko komplikasi tidak bisa diabaikan. Cedera kandung kemih adalah salah satu komplikasi langka namun serius yang dapat terjadi, terutama jika tidak diatasi dengan cepat. Dalam kasus ini, cedera pada kandung kemih mengakibatkan kebocoran urine yang menyebabkan abses subkutan. Kondisi ini memerlukan penanganan bedah segera untuk menghindari komplikasi yang lebih lanjut, termasuk sepsis.

Setelah pasien dilakukan eksplorasi laparotomi dan drainase abses, penanganan lanjutan diperlukan untuk memastikan pemulihan yang optimal. Perawatan antibiotik diberikan untuk mengendalikan infeksi, sementara perbaikan kandung kemih dilakukan untuk memperbaiki kebocoran yang menyebabkan abses. Meskipun tindakan ini berhasil, pasien tetap harus dipantau secara ketat untuk memastikan tidak adanya infeksi berulang atau komplikasi lainnya.

Penting untuk dicatat bahwa penanganan kasus seperti ini tidak selalu berjalan mulus. Dalam beberapa kasus, infeksi dapat kembali atau bakteri dapat menjadi resisten terhadap antibiotik yang diberikan. Oleh karena itu, pemantauan jangka panjang dan tindak lanjut yang teratur diperlukan untuk memastikan pasien pulih sepenuhnya. Selain itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami lebih baik tentang faktor-faktor yang menyebabkan komplikasi pascaoperasi seperti abses subkutan, serta untuk mengembangkan strategi penanganan yang lebih efektif.

Dalam kasus ini, pendekatan multidisiplin terbukti efektif dalam mengelola pasien dengan komplikasi serius seperti abses subkutan. Dengan melibatkan ahli bedah, dokter, dan petugas kesehatan lainnya, pasien dapat menerima perawatan yang komprehensif dan terkoordinasi. Melalui upaya kolaboratif ini, kita dapat meminimalkan risiko komplikasi, mempercepat pemulihan, dan meningkatkan kualitas hidup pasien yang terkena dampaknya.

Dalam kesimpulan, kasus ini menyoroti kompleksitas penanganan dan manajemen infeksi pascaoperasi, terutama ketika melibatkan sepsis dan pembentukan abses subkutan. Pentingnya diagnosis dini, intervensi bedah yang tepat waktu, dan terapi antibiotik yang sesuai sangat ditekankan dalam memastikan hasil yang optimal bagi pasien. Melalui pendekatan multidisiplin yang holistik, kita dapat meminimalkan risiko komplikasi, mempercepat pemulihan, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Di masa depan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami mekanisme patofisiologis yang mendasari pembentukan abses subkutan dan respon terhadap terapi, dengan harapan dapat meningkatkan manajemen dan hasil pasien secara keseluruhan.

Penulis: Prof. Dr. Soetojo, dr., Sp.U

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat di:

Prasetiyanti, R., Robi’ul Fuadi, M., Azmi, Y.A., Wirjopranoto, S., 2024. Massive subcutaneous abscess: A case report of management and source control. Int J Surg Case Rep 118, 109638. https://doi.org/10.1016/J.IJSCR.2024.109638