Universitas Airlangga Official Website

Pendekatan One Health dalam Pengendalian Penyakit Menular

Simulasi The Diseases of Tomorrow yang disampaikan oleh Prof dr Agus Suwandono MPH Dr PH, koordinator Indonesia One Health University Network (INDOHUN). (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Airlangga Disease Prevention and Research Center-One Health Collaborating Center (ADPRC-OHCC) Universita Airlangga (UNAIR) pada Senin (23/5/2022), kembali mengadakan kuliah pakar dengan mengangkat tema “Pendekatan One Health dalam Pengendalian Penyakit Menular”.

Pada kesempatan tersebut, hadir Prof dr Agus Suwandono MPH Dr PH selaku koordinator Indonesia One Health University Network (INDOHUN) sekaligus pembicara inti. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan bahwa saat ini dunia diancam oleh dua macam bencana yaitu bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung berapi, tsunami. Kemudian, lanjutnya, bencana non-alam, seperti penyakit tidak menular dan kegizian, Antimicrobial Resistance (AMR), emerging, reemerging diseases dan bioterrorism.

“Inilah yang kita sebut dengan The Diseases of Tomorrow,” ungkap Prof Agus.

Lebih lanjut, Prof Agus menyampaikan bahwa penyakit atau infeksi secara alami dapat ditularkan melalui hewan vertebrata ke manusia (anthropozoonosis) dan sebaliknya (zooanthroponosis). Tiga dari lima penyakit infeksi, sambungnya, yang bersifat emerging baru setiap tahunnya adalah penyakit zoonosis. Prof Agus menuturkan penyakit-penyakit tersebut ditularkan melalui kontak langsung atau kontak tidak langsung, melalui vector, melalui makanan dan melalui air. 

“Potensi nyamuk, tikus dan Kelelawar sebagai vektor ataupun reservoir penyakit di Indonesia sangat besar,” ujar Prof Agus.

Nyamuk, tandasnya, sampai tahun 1981, dilaporkan 18 genus yang terdiri atas 456 spesies telah teridentifikasi di seluruh wilayah Indonesia. Tidak kurang dari 150 spesies nyamuk, telah terkonfirmasi sebagai vektor Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Japanese Encephalitis, Filariasis Limfatik dan sebagainya.

“Sedangkan tikus di Indonesia terdapat 154 spesies tikus. Sampai saat ini telah dilaporkan 8 spesies tikus diketahui sebagai reservoir penyakit menular langsung ke manusia. Seperti leptospirosis dan Hanta virus infeksi,” jelas Prof Agus.

Begitupun dengan kelelawar, sambung Prof Agus, tidak kurang dari 250 spesies kelelawar telah teridentifikasi di Indonesia dan sampai saat ini, 2 spesies diantaranya berperan sebagai reservoir penyakit Japanese Encephalitis, Nipah virus, Lyssa virus dan Hendra virus.

“Oleh karena itu, membutuhkan pendekatan yang melibatkan sektor kesehatan manusia, hewan dan lingkungan secara bersamaan untuk memutus rantai penyebaran secara menyeluruh,” ujar Prof Agus. 

One Health, lanjutnya, adalah suatu pendekatan yang ingin mengoptimalkan bagaimana terjadinya Kooperasi, Koordinasi, Kolaborasi dan Komunikasi (4K) untuk penanggulangan zoonosis. “Intinya adalah penerapan 4K ini harus dilakukan pada saat deteksi/prediksi, preventif, promotive dan respon dengan benar, efektif dan berkesinambungan oleh para pelaksana,” jelas Prof Agus.

Untuk melaksanakan One Health secara efektif, tandasnya, diperlukan Core competency berupa hard skill dan soft skill, seperti leadership dan manajemen.

“Mudah dikatakan tetapi sulit diterapkan, maka perlu pendidikan pelatihan core competency One Health pada tenaga kesehatan dan sektor terkait secara intensif dengan simulasi dan praktek yang berkesinambungan,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad suryadiningrat

Editor: Nuri Hermawan