UNAIR NEWS – Universitas Airlangga (UNAIR) tak henti-hentinya melahirkan peneliti yang senantiasa berinovasi. Salah satu peneliti yang UNAIR miliki adalah Dr Arif Nur Muhammad Ansori. Peneliti sekaligus asisten dosen Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR tersebut membahas inovasinya yang berjudul Konstruksi Vaksin Berbasis Peptida dengan Glikoprotein Virus Rabies Indonesia: Pendekatan In Silico dengan ilmuwan Indonesia dan Amerika Serikat.
Kesempatan itu Arif dapatkan saat menghadiri The 9th Indonesian – American Kavli Frontiers of Science Symposium pada 7 hingga 11 Agustus 2023 di Balikpapan, Kalimantan Timur. Acara itu merupakan hasil kerja sama antara Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan National Academy of Sciences (NAS), Amerika Serikat.
Alumnus program doktor Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR tersebut menjadi satu-satunya peneliti UNAIR yang hadir pada The 9th Indonesian – American Kavli Frontiers of Science Symposium. Acara ini merupakan wadah bergengsi bagi ilmuwan muda Indonesia dan Amerika Serikat untuk berkarya serta membangun kolaborasi internasional. Para peserta mendapat fasilitas berupa pendanaan dan bimbingan pengembangan karir.
“Peserta yang ikut serta usianya kurang dari 45 tahun. Pada acara ini tidak hanya menyediakan bimbingan untuk melakukan penelitian tapi juga pendanaan pada skala internasional serta bimbingan pengembangan karir,” jelas Arif.
Inovasi yang Arif bawakan itu merupakan hasil keprihatinannya melihat kondisi yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini. “Saat ini banyak kasus di berbagai daerah di Indonesia bagian timur terkait rabies yang menyerang hewan dan manusia,” katanya.
Vaksin Rabies Terobosan Baru
Dari permasalahan itu, Arif berinisiatif merancang desain vaksin rabies dengan terobosan baru. “Permasalahan ini membuat kita harus merancang desain vaksin terobosan baru yang lebih mutakhir. Sebagaimana pembelajaran yang kita dapat dari pandemi Covid-19,” tuturnya.
Selain itu, terobosan baru menggunakan adjuvant genetik bisa untuk menciptakan pembentukan respon imun pada manusia yang lebih optimal. “Desain vaksin ini dibuat dengan glikoprotein dan menggunakan isolat yang berasal dari Indonesia,” paparnya.
Arif mengungkapkan bahwa ke depan akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai inovasi yang ia gagas. Sehingga nantinya inovasi ini akan menjadi produk unggulan. “Penelitian sedang berjalan, diawali dengan pemodelan komputasi. Tahapan lanjutan nantinya akan menjadi produk unggulan,” pungkasnya. (*)
Penulis: Icha Nur Imami Puspita
Editor: Binti Quryatul M