Universitas Airlangga Official Website

Peneliti UNAIR Kaji Kista Mesothelial Giant pada Lien

Ilustrasi-oleh-Medical-News-Today

UNAIR NEWS – Kista pada lien biasanya berupa kista primer yang dilapisi oleh epitel dengan angka kejadian yang sangat jarang, hanya sekitar 0,5%-2%. Beberapa  kejadian bahkan hanya ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan radiologis. Kista lien yang berukuran besar melebihi 5 cm akan menjadi simtomatis dan dapat menekan organ disekitarnya. 

Dalam riset yang dilakukan oleh dr. Bela Mayvani dan tim ditemukan kasus kista lien pada anak yang berukuran giant yang awalnya diduga sebagai kista mesenterial. Seorang anak perempuan berusia 11 tahun mengeluhkan adanya massa yang muncul di abdomen kiri atas sejak 4 tahun yang lalu. 

“Massa tersebut dirasakan membesar dan mulai menimbulkan nyeri ketika beraktifitas. Tidak ada keluhan demam, muntah maupuan berat badan yang turun, pasien juga tidak mengeluhkan adanya masalah pada defekasi maupun miksi, serta tidak ada riwayat trauma pada abdomen sebelumnya,” jelasnya.

Berdasarkan pemeriksaan fisik, lanjutnya, didapatkan pasien dalam kondisi klinis yang stabil. Dari palpasi didapatkan adanya massa tunggal sewarna kulit yang berasal dari hipokondriaka kiri dan meluas hingga ke midline pada abdomen dengan estimasi ukuran 25cmx20cmx15cm, konsistensinya kistik, batasnya tegas dan geraknya terbatas.  

“Tidak ada temuan pemeriksaan laboratorium yang abnormal. Dari pemeriksaan CT scan abdomen didapatkan massa  kistik yang berukuran 13,6 cmx20,9cm x23,7 cm  yang dicurigai berasal dari retroperitoneal kiri dengan massa yang mendesak ginjal, pancreas dan lien ke arah superior. Massa ini kemudian diduga sebagai kista mesenterial dengan diagnosis banding kista retroperitoneal,” jelasnya.

Selanjutnya, pasien kemudian dilakukan tindakan laparatomi explorasi karena ukurannya yang begitu besar. Saat dilakukan eksplorasi didapatkan massa yang berasa dari pole bawah lien dengan ukuran 25cmx20cmx10cm. Dilakukan drainase kista dan didapatkan cairan serous seanyak 4900 ml. Setelah seluruh isi cairan kista diaspirasi sehingga hanya tersisa dinding kista yang menempel pada lien, kemudian diputuskan dilakukan parsial splenektomi. 

“Diseksi dilakukan pada bagian parenkima lien yang mengandung dinding kista. Diseksi dilakukan dengan menggunakan LigaSure dan kemudian dilakukan splenoraphy dengan menutup bagian yang terbuka dengan menggunakan Surgicel absorbable haemostat. Dari pemeriksaan makroskopik jaringan didapatkan adanya bagian internal kista dengan trabekula. Hasil pemeriksaan patologi anatomi menunjukkan suatu kista mesothelial pada lien,” paparnya.

Kista pada lien, jelasnya, dibagi menjadi dua yaitu kista primer dan kista sekunder. Kista primer lien disebut sebagai kista lien dengan batas dinding epitel dan gambaran internal adanya trabekulasi. Kista lien primer berasal dari mesothelium dan kejadiannya sebanyak 20%-25% dari keseluruhan kasus. 

“Kista lien sekunder tidak memiliki dinding epitel dan biasanya kejadiannya bisa karena proses neoplastik atau pseudo-kista. Pseudokista sendiri juga bisa disebabkan karena trauma tumpul abdomen, infeksi, abses dan infark pada lien,” ujarnya.

Pada akhir ia menegaskan bahwa pada laporan kasus ini menunjukkan bahwa kista lien harus dapat dipertimbangkan sebagai salah satu diagnosis banding bila didapatkan adanya massa pada kuadran kiri atas pada anak-anak. 

“Tatalaksana dengan pasial splenektomi dipilih dalam kasus ini dengan keuntungan untuk dapat mempertahankan fungsi imunologi dari lien itu sendiri,” pungkasnya.

Penulis: Nuri Hermawan