Universitas Airlangga Official Website

Pengetahuan dan Keterampilan Perawat dalam Kecepatan dan Akurasi Early Warning System

Ilustrasi perawat. (Sumber: CNN Indonesia)

Sistem Peringatan Dini (Early Warning System/EWS) adalah sistem deteksi yang digunakan untuk melihat perubahan kondisi pasien yang memburuk. EWS telah terbukti menjadi sistem yang sangat efektif untuk mendeteksi pasien yang berisiko memburuk dalam kondisi klinis hingga kematian. Sistem ini diharapkan dapat memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik bagi pasien dan mampu menurunkan angka kematian. Sistem ini bertujuan untuk membantu staf klinis dalam mengidentifikasi tanda bahaya awal pasien kritis saat berada di ruang rawat inap sebelum terjadi penurunan kondisi klinis yang meluas. Hal ini dilakukan untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan dan akan mendorong pemberian tindakan sedini mungkin dengan tujuan meningkatkan hasil akhir pasien. Kesalahan saat mengisi atau menginterpretasikan hasil penilaian EWS menyebabkan keterlambatan dan ketidaktepatan dalam respon klinis. Hal tersebut akan memperburuk kondisi pasien yang dapat meningkatkan angka kematian pasien di ruang rawat inap.

Data awal dari 20 perawat tentang penerapan EWS di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Malang menjelaskan bahwa 75% (15 orang) mengalami kesulitan dalam penerapan EWS, 50% (10 orang) melakukan kesalahan saat melengkapi instrumen EWS, 50% (10 orang) melakukan kesalahan saat menafsirkan instrumen EWS, 100% (20 orang) tidak pernah menerima pelatihan EWS yang diperlukan tetapi mereka telah menerima informasi tentang EWS. Selain itu, 80% (16 orang) menyatakan bahwa lembar observasi tidak praktis karena harus membaca tafsirnya pada lembar yang berbeda. Beberapa penelitian sebelumnya telah berusaha untuk mengungkap pengetahuan perawat tentang asesmen EWS, kesalahan saat melakukan asesmen EWS dapat dicegah dengan mewajibkan setiap tenaga kesehatan untuk mengikuti pendidikan, pelatihan dan demonstrasi tentang penerapan EWS di rumah sakit. Ketepatan waktu dan kompetensi saat melakukan asesmen EWS dapat meningkatkan keselamatan pasien. Keterlambatan dan ketidaktepatan dalam penilaian dengan menggunakan EWS akan mengakibatkan memburuknya kondisi pasien yang diiringi dengan peningkatan risiko kematian di ruang rawat inap.

EWS telah banyak diterapkan oleh beberapa rumah sakit di Indonesia, terutama sejak Komisi Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia (KARs) menetapkan EWS dalam Standar Akreditasi Nasional yang dikenal dengan SNARS Edisi 1 tahun 2017. Penjelasan tentang EWS tercantum dalam Patient Focused Service Standards: Bab 4 Layanan dan Perawatan Pasien (PAP) 3.1 tentang Deteksi (mengenali) Perubahan Kondisi Pasien. Sistem EWS mengalokasikan poin dengan cara tertimbang berdasarkan gangguan dari serangkaian tanda-tanda vital yang telah ditentukan sebelumnya dari kisaran “normal” yang disetujui secara sewenang-wenang. Sistem penilaian peringatan dini (early warning scoring system/EWSS) diperkenalkan oleh Morgan, et al., (1997) sebagai alat sederhana yang dapat diterapkan oleh staf bangsal untuk mengidentifikasi pasien yang mengalami penyakit kritis. Pada tahun 2012, Royal College of Physicians melakukan evaluasi dan standardisasi EWSS. Itu kemudian dikenal sebagai National Early Warning Score (NEWS).

NEWS merupakan pendekatan sistematis yang menggunakan scoring untuk mengidentifikasi perubahan kondisi seseorang sekaligus menentukan langkah selanjutnya yang harus dilakukan. Sebuah NEWS standar telah diperkenalkan untuk digunakan di National Health Service (NHS) di Inggris. RCP merekomendasikan bahwa penilaian NEWS harus dilakukan pada pasien dewasa (16 tahun atau lebih) untuk menilai penyakit akut, untuk mendeteksi penurunan klinis dan untuk memulai tanggapan klinis yang tepat waktu dan tepat. Ini digunakan sebagai bantuan untuk penilaian klinis dan bukan sebagai pengganti penilaian klinis yang kompeten. Ini juga digunakan untuk asesmen awal penyakit akut dan untuk pemantauan berkelanjutan terhadap kondisi pasien selama berada di rumah sakit, untuk asesmen pra rumah sakit dimana terdapat kondisi pasien akut yang dilakukan penanggap pertama seperti pelayanan ambulans, pelayanan kesehatan primer dan Puskesmas untuk mengoptimalkan komunikasi kondisi pasien sebelum diterima oleh rumah sakit tujuan. Penentuan NEWS didasarkan pada 6 parameter fisiologis yaitu frekuensi pernapasan, saturasi oksigen, suhu, tekanan darah sistolik, dan frekuensi nadi.

Penulis: Qolbi Nur Q.Y., Nursalam Nursalam, and Ahsan Ahsan

Informasi detail dari tulisan ini dapat dilihat pada: https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/20522