Universitas Airlangga Official Website

Pengmas IMERCY: Dukung Upaya Smart Farming dengan Monitoring System Berbasis Tenaga Surya dan IoT

Tim IMERCY saat melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Plaosan pada 22 - 23 Juli 2024 (Foto: Istimewa)
Tim IMERCY saat melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Plaosan pada 22 - 23 Juli 2024 (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Pengabdian masyarakat merupakan satu dari tiga tridharma perguruan tinggi. Artinya, menjadi kewajiban bagi sivitas akademika untuk menjalankan pengabdian masyarakat. Salah satunya, baru-baru ini dilakukan oleh komunitas mahasiswa Universitas Airlangga, IMERCY (Instrumentation and Energy Research Community).

Selama 2 hari, pada 22 – 23 Juli 2024, tim pengmas IMERCY bekerja sama dengan NGO Gerakan Pembaru di Desa Plaosan, Sidoarjo. Pengmas ini mengusung isu soal smart farming dengan judul kegiatan Smart Farming: Optimalisasi Pertanian Menggunakan Monitoring System  Berbasis Tenaga Surya dan Internet of Things di Desa Plaosan.” 

“Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan suatu alat  yang dapat mengukur kandungan penting dalam tanah seperti Nitrogen, Phospor, Kalium, dan kelembaban,” ujar Sulthon Yusuf Abdillah selaku project head. Nantinya, hasil pengukuran dapat dilihat lewat smartphone melalui aplikasi bernama SQyM (Soil Quality Monitoring).

Sebelum turun ke lapangan, tim IMERCY melakukan survey di Desa Plaosan. Hasilnya, ditemukan kerusakan lahan pertanian akibat pemberian pupuk kimia yang berlebihan oleh petani. Dari permasalahan tersebut, tim mendapat pendanaan dari SDGs Center Universitas Airlangga.

“Tercetuslah ide oleh kami untuk membuat alat dan aplikasi yang dapat mengukur kandungan tanah. Dengan begitu para petani dapat mengetahui apakah tanah ini sudah mengandung cukup pupuk atau belum, sehingga pemberian pupuk yang berlebih dapat dihindari,” ungkap Sulthon.

Sejak pertengahan Juni, tim sudah mempersiapkan pembuatan alat dan aplikasi. Pada 22 Juli 2024, tim menuju ke Desa Plaosan dan mulai melakukan pemasangan alat. Dimulai dari pembangunan pondasi untuk alat, pemasangan, dan pengecekan apakah alat sudah dapat mengukur secara real time.

Esoknya, tim melakukan sosialisasi kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Plaosan. “Ternyata antusias para petani cukup tinggi karena hampir semua yang diundang datang menghadiri acara sosialisasi tersebut. Meskipun sebagian besar dari SDM Petani adalah pra lansia, hal tersebut tidak mematahkan semangat mereka untuk mencoba aplikasi smartphone yang kami berikan,” ungkap Sulthon.

Selama berproses, Sulthon dan tim tidak luput dari tantangan dan kendala. Misalnya, penggunaan sensor tidak serta merta bisa langsung digunakan, melainkan harus dirangkai dengan komponen lain agar terintegrasi dengan aplikasi.

Selain itu, keberadaan anggota tim yang sedang melakukan kegiatan lain seperti KKN juga menjadi kendala tersendiri. Namun, selama kurang lebih satu bulan pengerjaan, tim berhasil menyelesaikan target.

“Harapan IMERCY kedepan dengan adanya SQyM ini dapat meningkatkan produktivitas pertanian Desa Plaosan secara maksimal. Tidak hanya berupa peningkatan panen tetapi juga berupa peningkatan efisiensi pemupukan sehingga cost mereka bisa berkurang,” pungkas Sulthon.

Penulis: Afifah Alfina

Editor: Khefti Al Mawalia