UNAIR NEWS – Sebagai salah satu perguruan tinggi unggul, Universitas Airlangga (UNAIR) tidak hanya aktif dalam bidang penelitian dan pengembangan saja. Akan tetapi, UNAIR juga terus menunjukkan kiprahnya dalam menjalankan program yang berdampak pada masyarakat. Salah satu kiprah itu terabadikan dalam bentuk program pengabdian masyarakat yang rutin berjalan. Fakultas Farmasi UNAIR baru saja melaksanakan program pengmas di Desa Bolo, Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik. Pengmas bertajuk Peningkatan Nilai Guna Limbah Kulit Jeruk Nipis Melalui Penerapan Teknologi dan Formulasi Produk Sederhana guna Mendukung SDGs itu terselenggara pada Sabtu (16/9/2023).
Tingkatkan Nilai Guna Limbah Kulit Jeruk Nipis
Prof Dr Retno Sari, Apt selaku ketua program pengmas mengatakan, terlaksananya pengmas ini berlatar belakang dari kondisi masyarakat dan alam di Desa Bolo, Ujung Pangkah. Penduduk Desa Bolo mayoritas memiliki lahan yang tertanami oleh jeruk nipis. Dengan kata lain, jeruk nipis menjadi komoditas andalan di Desa Bolo.
Akan tetapi, permasalahannya adalah harga jual hasil panen jeruk nipis seringkali tidak sesuai harapan. Banyak produk panen tidak terserap optimal oleh pasar. Di sisi lain, masyarakat setempat juga belum mampu memaksimalkan nilai guna dari komoditas tersebut. Hal tersebut menyebabkan ketika banyak hasil panen terbuang yang mengakibatkan kerugian bagi petani.
“Selama ini karena ingin cepat, ketika panen, langsung dijual. Padahal, jeruk nipis ini bisa dimanfaatkan lagi sehingga menjadi produk lain yang bernilai ekonomis lebih tinggi,” ujar Prof Retno, Minggu (17/9/2023).
Dalam pengmas tersebut, masyarakat setempat mendapatkan pengetahuan mengenai potensi manfaat kandungan buah dan kulit jeruk nipis yang kaya akan senyawa antioksidan serta mempelajari pengolahannya menjadi tiga produk. Setidaknya terdapat tiga produk olahan yang dihasilkan, yaitu hand sanitizer, micellar water dari perasan kulit jeruk dan serbuk jeruk nipis. Mereka juga menjalani demonstrasi pembuatan produk-produk tersebut.
“Terdapat demo pembuatan tiga produk. Jadi, kita ambil limbah kulitnya, lalu buahnya kami peras dan kami keringkan sehingga menjadi serbuk. Sementara itu, limbah kulitnya kami pisahkan dan diperas untuk bahan hand sanitizer dan micellar water,” terangnya.
Wujudkan SDGs ke-12
Selain meningkatkan perekonomian masyarakat, kata Prof Retno, pengmas ini juga sebagai wujud implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) ke-12. Poin ke-12 SDGs ini yaitu tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Pengelolaan sumber daya alam yang efisien termasuk pembuangan dan pengolahan limbah menjadi target penting untuk meraih tujuan tersebut.
“Selain meningkatkan nilai ekonomis, pengmas ini juga bertujuan mendukung SDGs ke-12. Poinnya berkaitan dengan bagaimana cara kita memanfaatkan sumber daya alam secara efisien untuk mengurangi keterbuangan sumber daya alam yang ada,” ungkap alumnus Hoshi University, Jepang itu.
Melalui pengmas ini, Prof Retno berharap dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Khususnya dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan limbah kulit jeruk nipis. Dengan demikian, pengmas tersebut secara langsung maupun tidak, juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Bolo.
“Semoga kegiatan yang merupakan bentuk kontribusi dan tanggung jawab kami ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas,” pungkasnya.
Penulis: Yulia Rohmawati
Editor: Binti Q. Masruroh