Universitas Airlangga Official Website

Pentas ‘Semar Gugat’ Mahasiswa UNAIR Berhasil Pikat Penonton di Cak Durasim

Pentas ‘Semar Gugat’ Mahasiswa UNAIR Berhasil Pikat Penonton di Cak Durasim. (Foto: PKIP UNAIR)
Pentas ‘Semar Gugat’ Mahasiswa UNAIR Berhasil Pikat Penonton di Cak Durasim. (Foto: PKIP UNAIR)

UNAIR NEWS – Program studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Indonesia (Basasindo) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) sukses menggelar pentas Dramaturgi XIX dengan lakon “Semar Gugat” karya Nano Riantiarno. Dramaturgi XIX berhasil memikat perhatian ratusan hati penonton di Gedung Kesenian Cak Durasim Jawa Timur pada Sabtu (22/6/2024). 

Wakil Dekan I Dr Listiyono Santoso SS MHum yang turut menyaksikan pentas sangat mengapresiasi mahasiswa. Mereka telah berani melangsungkan pementasan di gedung kesenian nomor satu di Jawa Timur itu. Ia juga menekankan bahwa dalam berbagai kegiatan seni dan budaya sepantasnya para generasi muda diberikan panggung dan ruang sebebas mungkin. 

“Ini bukan kegiatan bisnis, melainkan pembelajaran. Kegiatan yang menghidupkan ruang berseni bagi masyarakat di Surabaya, terutama anak muda yang saat ini sudah mengalami krisis berkesenian. Jadi, kegiatan seperti ini harusnya diberikan ruang seluas-luasnya,” ungkapnya.

Selain itu, Ki Puji Karyanto SS MHum selaku dosen pengampu mata kuliah Dramaturgi turut mengucapkan rasa bangga kepada mahasiswa Basasindo angkatan 2021. Mereka mampu berproses bersama-sama hingga sukses menggelar pentas. 

“Perjalanan dari Dramaturgi ini nggak mudah. Banyak rintangannya. Ternyata mahasiswa yang berproses kreatif harus membayar empat belas juta. Ini tentu sesuai dengan naskah yang dibawakan, yakni Semar Gugat yang berisikan kritik sosial,” tuturnya. 

Pentas ‘Semar Gugat’ Mahasiswa UNAIR Berhasil Pikat Penonton di Cak Durasim. (Foto: PKIP UNAIR)

Dramaturgi sendiri merupakan salah satu mata kuliah pilihan yang dapat ditempuh oleh mahasiswa Basasindo semester VI. Tahun 2024 menjadi pementasan ke-19 untuk Dramaturgi. Membawakan naskah berlatar pewayangan menjadi tantangan tersendiri bagi tim produksi maupun pementasan. 

Sang sutradara Ni Luh Tu Novia pun mengakui bahwa naskah Semar Gugat bukanlah naskah yang mudah untuk dipentaskan. Naskah itu sangat kental dengan ornamen Hindu-Jawa serta segala pakem di dalam naskah dan para tokohnya. Namun setelah berproses selama kurang lebih empat bulan lamanya, Dramaturgi XIX berhasil memikat hati para penonton. 

“Naskah ini bukan naskah yang mudah. Pakem pewayangannya dan ciri khas yang kental akan ornamen Hindu-Jawa harus benar-benar diperhatikan. Apalagi naskah ini belum banyak yang mementaskan. Jadi, kami harus berani bereksperimen karena tidak banyak referensi bagi kami,” ujarnya. 

Luhtu pun  mengaku pementasan kali ini adalah yang kali pertama bagi para mahasiswa Basasindo. Pasalnya, para aktor dan tim yang terlibat bukanlah mahasiswa yang aktif berteater ataupun punya pengalaman pentas di panggung yang besar. 

“Sebagian besar dari kami bukan anak teater. Jadi, ini adalah panggung pertama bagi kita semua. Tapi, syukur para aktor dan tim pementasan, mulai lighting, musik, artistik, tata rias, dan tata busana sangat improve dan telah bekerja keras,” ungkapnya bangga. 

Penulis: Syifa Rahmadina

Editor: Feri Fenoria

Baca Juga:

Dramaturgi XIX