Universitas Airlangga Official Website

Pentingnya Deteksi Dini dan Pendekatan Multidisiplin Kanker Nasofaring

Prof Dr Achmad Chusnu Romdhoni dr SpTHTBKL SubspOnk(K) FICS saat menyampaikan orasi pada Sidang Pengukuhan Guru Besar UNAIR pada Rabu (18/10/2023) di Aula Garuda Mukti Gedung Manajemen Kampus MERR-C. (Foto: PKIP UNAIR)
Prof Dr Achmad Chusnu Romdhoni dr SpTHTBKL SubspOnk(K) FICS saat menyampaikan orasi pada Sidang Pengukuhan Guru Besar UNAIR pada Rabu (18/10/2023) di Aula Garuda Mukti Gedung Manajemen Kampus MERR-C. (Foto: PKIP UNAIR)

UNAIR NEWS – Kanker nasofaring atau Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan keganasan yang muncul pada nasofaring. Nasofaring terletak cukup tersembunyi di belakang hidung. Gejala yang terjadi pada penyakit ini seperti gejala pada hidung, telinga, leher, dan saraf.

Kanker nasofaring ternyata menduduki peringkat pertama keganasan yang terjadi pada area leher. Hampir 13.000 kasus baru per tahun terjadi. Keterlambatan diagnosis menyebabkan penderita tidak menyadarinya. Akibat yang terjadi penderita datang ke pelayanan kesehatan saat kanker sudah berada pada stadium lanjut. Deteksi dini dan pendekatan multidisiplin menjadi penting dalam penatalaksanaan kanker nasofaring.

Hal ini Prof Dr Achmad Chusnu Romdhoni dr SpTHTBKL SubspOnk(K) FICS sampaikan, pada Sidang Pengukuhan Guru Besar Universitas Airlangga (UNAIR). Aula Garuda Mukti Gedung Manajemen Kampus MERR-C menjadi lokasi sidang pengukuhan guru besar berlangsung. Ia mengatakan bahwa dalam penanggulangan kanker nasofaring dapat terlaksana melalui beberapa langkah.

“Langkah-langkahnya bisa berupa pencegahan terhadap populasi yang berisiko, deteksi dini dan tatalaksana pada tahap awal penyakit, serta diagnosis serta terapi lanjutan,” katanya pada Rabu (18/10/2023).

Beberapa Langkah

Lebih lanjut, Prof Romdhoni mengungkapkan bahwa langkah tersebut bisa terwujud dalam berbagai cara. Peningkatan wawasan serta kewaspadaan terhadap tanda dan gejala dini merupakan cara yang pertama.

“Peningkatan wawasan serta kewaspadaan terhadap gejala dini kanker nasofaring kepada masyarakat awam. Selain itu memperkenalkan TRIAS KNF atau skor DIGBY pada tenaga kesehatan fasilitas layanan primer,” ungkap Guru Besar Fakultas Kedokteran (FK) tersebut.

Pengembangan modalitas deteksi dini tak kalah penting. Deteksi dini yang maksimal mampu memperbaiki hasil terapi pasien. “Dengan deteksi dini yang maksimal harapannya bisa memperbaiki outcome terapi. Mengingat terapi pada pasien stadium lanjut masih kurang memuaskan,” ujarnya.

Selain itu, langkah lain yang bisa terlaksana seperti membuat cancer registry terkait kanker kepala dan leher. Hal ini sebagai inovasi dan dasar dalam membuat kebijakan penatalaksanaan kanker nasofaring. “Perlu juga kerja sama antara stakeholder pada semua tingkatan pelayanan kesehatan, baik primary care, secondary care, hingga tertiary care,” paparnya.

Prof Romdhoni menegaskan bahwa deteksi dini dan pendekatan multidisiplin bisa terlaksana sebagai strategi penatalaksanaan kanker nasofaring. Penatalaksanaan yang komprehensif ini bertujuan untuk memberikan dampak signifikan pada hasil terapi.

“Penatalaksanaan yang komprehensif bertujuan untuk dapat memberikan dampak signifikan dan hasil terapi yang memuaskan, tapi dengan sumber daya yang lebih efisien,” pungkasnya.

Penulis: Icha Nur Imami Puspita

Editor: Binti Q. Masruroh