n

Universitas Airlangga Official Website

Pentingnya Negotiation Skills dan Wawasan Global dalam Multilateral Diplomacy

berita-negotiation-diplomacy
Para peserta Airlangga School of Diplomacy tampak serius mengikuti semua agenda kegiatan. (Foto: Aldi Syahrul P/UNAIR NEWS)

UNAIR NEWS – Workshop Model United Nations (MUN) bertajuk Airlangga School of Diplomacy dilaksanakan di ruang Anatomi Fakultas Kedokteran (UNAIR) Sabtu hingga Minggu, 9 sampai 10 Januari 2015. Secara umum, “sekolah diplomasi” ini bertujuan memperkenalkan MUN sebagai bentuk simulasi sidang PBB yang diakui di seluruh dunia.

Standar dan tata cara bersidang di tingkat internasional dipaparkan secara lengkap. Dengan demikian, semakin banyak yang paham tentang seluk beluk sidang diplomatik dan negosiasi di level multilateral.

Acara yang diselenggarakan oleh para mahasiswa jurusan Hubungan Internasional FISIP UNAIR ini dihadiri oleh Prof. Dr. MakarimWibisono, MA-IS., MA., selaku narasumber. Dia pernah menjadi duta besar Indonesia untuk PBB di New York. Guru Besar FISIP ini memberikan sejumlah kisi-kisi teknis bersidang yang benar.

Setidaknya, ada dua tajuk materi yang disampaikannya di hari pertama pelaksanaan kegiatan ini. Yakni, Negotiating Skills in Multaletral Diplomacy dan Being A Global Leader and Global Citizien.

“Semua perundingan butuh persiapan yang matang. Maka itu, mantapkanlah persiapan dan pengetahuan terkait isu-isu yang ingin dibahas,” pesan pria yang pernah aktif di Economic and Social Council (ECOSOC), salah satu dari enam badan utama PBB. “Jangan lupa, perbanyak wawasan global,” tambahnya.

Yang menarik, peserta kegiatan yang didukung penuh AIESEC ini tidak hanya berasal dari internal UNAIR lintas fakultas seperti FISIP, FIB, FK, dan lain sebagainya. Ada pula yang tercatat masih duduk di bangku SMA, kalangan umum, dan mahasiswa kampus lain dari dalam maupun luar Surabaya. Misalnya, dari Jakarta, Bontang, Semarang, Manado, Pontianak, dan Bali.

“Kegiatan ini bertujuan untuk menyebarkan the sense of diplomacy. Supaya, para peserta memiliki wacana yang komplit untuk menyelesaikan masalah-masalah global,” kata Ahmad Dzulfuqar Adi, Chief of Committee dan Organizing Committee acara. “Melalui kegiatan ini, para peserta diajak membuka pikiran, melatih kemampuan berdebat, meningkatkan keahlian problem solving, dan mempelajari teknis bernegosiasi secara efektif,” imbuhnya.

Pada hari kedua pelaksanaan, diadakan simulasi sidang PBB yang berkutat pada aplikasi problem solving skills isu-isu global. Dalam kegiatan ini, disediakan hadiah-hadiah unik bagi para peserta.

Dalam simulasi sidang, para peserta dibagi menjadi dua komite. Yaitu, Komite A yang berperan sebagai komite Sosial, Budaya dan Kemanusian SOCHUM dan membahas mengenai krisis pengungsi di Suriah. Juga, Komite B yang berperan sebagai UNICEF dan membahas mengenai pernikahan di usia dini. (*)

Penulis: Disih Sugianti dan Aldi Syahrul P
Editor: Rio F. Rachman