Universitas Airlangga Official Website

Pentingnya Peran Perempuan dalam Sektor Perikanan dan Kelautan

Ayu Lana Nafisyah SPi MSc, dosen muda Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga (UNAIR). (Foto: Dokumentasi Pribadi)

UNAIR NEWS – Menurut Ayu Lana Nafisyah SPi MSc, dosen muda Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga (UNAIR), peringatan hari Kartini dan hari bumi pada 21 dan 22 April menjadi momen penting untuk memahami bagaimana peran perempuan dalam memajukan sektor perikanan dan menjaga kelestarian laut. “Menurut data WCI (Workmen Compensation Insurance) 42 persen tenaga kerja perikanan di Indonesia adalah perempuan,” jelasnya. 

“Data United Nations (UN) menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 1 dari 3 negara yang punya tingkat pekerja perempuan tertinggi di dunia, hal ini menunjukkan bahwa women empowerment di berbagai sektor pekerjaan di Indonesia memberi pengaruh yang luar biasa,” tutur Ayu.

Walaupun sebagian besar profesi nelayan di Indonesia adalah laki-laki, penelitian menunjukkan bahwa pada tahap post harvest, di tengkulak dan pasar-pasar yang menjual produk perikanan hampir sebagian besar aktivitasnya dipegang oleh perempuan. Ayu berpandangan bahwa perempuan dapat mengemban peran ganda baik didalam dan diluar rumah. 

“Peran perempuan diluar rumah tidak hanya berkarir dalam satu pekerjaan tetap saja, tapi juga bisa terlibat dalam berbagai komunitas dan kegiatan untuk membantu perekonomian keluarganya,” lanjutnya.

Beberapa tantangan yang dihadapi perempuan adalah masih adanya stereotip mengenai profesi di bidang perikanan dan kelautan yang umumnya didominasi oleh laki-laki. Menurut Women In Maritime, sebuah organisasi internasional yang fokus pada pemberdayaan perempuan, masih banyak penolakan, kekerasan, dan diskriminasi yang dialami perempuan. 

“Secara hukum perlu adanya konstitusi yang jelas agar semua perempuan yang ingin berkarir di sektor manapun bisa terlindungi keselamatannya dari segala ketimpangan peran,” tutur alumni FPK UNAIR tahun 2013 tersebut.

Deforestasi area mangrove dan pencemaran mikroplastik di laut juga menjadi ancaman bagi para perempuan. Berbagai penelitian telah menemukan kontaminasi mikroplastik dalam air minum, sistem pencernaan organisme akuatik, dan aliran darah manusia. 

“Plastik tidak bisa terdegradasi dan akan membentuk mikroplastik yang sangat berbahaya, karena ukurannya yang mikroskopis mudah masuk kedalam tubuh,” jelas alumni Master of Science, Hiroshima University Jepang tersebut. 

“Berdasarkan penelitian, mikroplastik mengandung substansi aditif Endocrine Disrupting Compounds yang berpengaruh pada wanita dengan polycystic ovary syndrome (PCOS),” papar Ayu. Menurutnya, kontrol limbah rumah tangga dalam mengolah, membuang, dan mengatur konsumsi harian bisa menjadi salah satu solusi permasalahan sampah ini. 

“Perempuan bisa terlibat dalam berbagai gerakan komunitas lingkungan terkait konservasi laut, atau PKK yang melakukan edukasi gaya hidup zero waste secara efisien dan konsisten mengatur konsumsi plastik di rumah tangga agar tidak ada buangan yang berlebihan,” jelas Ayu. Selain itu, kegiatan lain yang dijalankan oleh komunitas perempuan adalah menghasilkan produk prakarya dari sampah plastik yang kemudian dikomersialkan.

Penulis: Thara Bening Sandrina

Editor: Khefti Al Mawalia