Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi ideal untuk bayi karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan terdapat zat perlindungan terhadap berbagai penyakit. Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2019 sebesar 67.74%. Angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2019 yaitu 50%. Namun masih terdapat 4 dari 34 provinsi di Indonesia (11.76%) yang belum mencapai target Renstra tahun 2019, diantaranya Provinsi Gorontalo (49.29%), Maluku (43.35%), Papua (41.42%), dan Papua Barat (41.12%).
Penyebab rendahnya cakupan bayi mendapat ASI eksklusif yaitu multifaktorial. Berdasarkan analisis korelasi cakupan kunjungan antenatal care ke-4, cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan, cakupan inisiasi menyusu dini, dan persentase ibu merokok dengan cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif pada 34 propinsi di Indonesia menunjukkan terdapat korelasi yang kuat.
Ketimpangan cakupan ASI eksklusif yang cukup tinggi pada beberapa wilayah di Indonesia menunjukkan bahwa pelaksanaan strategi dalam peningkatan cakupan ASI eksklusif kurang memperhatikan faktor yang berhubungan dalam peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi cakupan kunjungan antenatal care ke-4 maka semakin tinggi pula cakupan bayi mendapat ASI eksklusif. Persiapan ASI eksklusif dimulai dari masa antenatal trimester tiga, dikarenakan proses laktogenesis pertama yaitu waktu ASI mulai diproduksi. Studi lain juga mendapatkan hasil sejalan bahwa pendidikan menyusui pada masa antenatal adalah cara yang efektif untuk meningkatkan tingkat efikasi diri menyusui, yang meningkatkan praktik menyusui eksklusif.
Tempat persalinan merupakan sebuah pilihan untuk ibu melahirkan anaknya. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa semakin tinggi cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan maka semakin tinggi pula cakupan bayi mendapat ASI eksklusif. Tempat melahirkan pada fasilitas pelayanan kesehatan berhubungan dengan adanya peran petugas kesehatan dalam keberhasilan ASI eksklusif. Petugas kesehatan pada pelayanan kesehatan berperan dalam menggalakkan ASI eksklusif. Persalinan pada fasilitas pelayanan kesehatan sebagai wadah dalam promosi menyusui.
Cakupan bayi mendapat ASI eksklusif berhubungan dengan tingginya cakupan inisiasi menyusu dini. Manfaat dari pemberian ASI segera setelah dilahirkan adalah mencegah kematian pada bayi dan merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan menyusui pada anak. Ibu yang melaksanakan inisiasi menyusu dini dapat menerapkan praktik ASI eksklusif. Ibu yang melaksanakan inisiasi menyusu dini cenderung dapat menerapkan praktik ASI eksklusif dikarenakan ibu memiliki keyakinan dan kemauan untuk dapat memberikan bayinya ASI secara eksklusif sampai 6 bulan.
Cakupan bayi mendapat ASI eksklusif berhubungan dengan persentase ibu merokok. Adanya perubahan komposisi ASI pada ibu menyusui yang merokok, pada perokok kandungan lipid, kalori, dan protein lebih rendah. Selain itu ditandai dengan penurunan antioksidan dan status kandungan imunitas yang berubah. Merokok pada kehamilan sebagian besar dan secara konsisten diidentifikasi sebagai faktor yang terkait dengan non-inisiasi menyusui dan penghentian dini.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan pemerintah menyusun kebijakan khusus terkait strategi peningkatan cakupan bayi mendapat ASI eksklusif pada sasaran daerah dengan kunjungan antenatal care ke-4, persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan, dan inisiasi menyusu dini yang memiliki cakupan rendah, serta pada daerah dengan persentase ibu merokok yang tinggi.
Penulis : Eny Qurniyawati, Fariani Syahrul
Informasi lebih detail mengenai artikel ini dapat dilihat di:
https://e-journal.unair.ac.id/IJPH/article/view/29118
Qurniyawati, E., & Syahrul, F. Correlation Study Coverage of Exclusive Breastfeeding and Risk Factors in Indonesia. The Indonesian Journal of Public Health, 17(1), 158-170.