UNAIR NEWS – Langkah penyelamatan hewan langka dalam keanekaragaman hayati nusantara terus mendapatkan perhatian khusus pemerintah maupun NGO. Konservasi hewan langka menjadi salah satu cara yang menjadikan peran dokter hewan menjadi sangat penting. Proteksi, preservasi, dan perawatan yang berkelanjutan adalah dasar penting keberhasilan konservasi hewan liar. Tidak hanya mengobati, peran dokter hewan juga sangat penting dalam penanganan zoonosis praktik satwa liar atau hewan eksotik.
Praktisi Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI), Yumni Khairina Ghassani drh mengatakan kesejahteraan hewan menjadi faktor penentu kesehatan. Faktor fisik adalah indikasi visual pertama yang menjadi dasar dokter hewan mengecek kondisi hewan tersebut. Terlebih dalam dunia konservasi, hewan liar bukanlah hewan jinak yang dapat mudah didekati.
“Bila kita sering melihat Body Condition Score atau BCS. Kita harus terbiasa melihat kondisi kurus, ideal, ataupun obesitas,” kata Alumni Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR tersebut.
Pengaruh Tempat
Sebagai srikandi konservasi, alam menjadi sahabat yang menemaninya sehari-hari. Berjuang tanpa sinyal komunikasi dan jauh dari keluarga adalah sebuah keniscayaan yang harus dimaklumi. Dalam konservasi lekat dengan habitat ex situ dan in situ. Beda tempat, beda pula perlakuan yang harus dilakukan agar memastikan hewan tersebut dapat tetap terselamatkan dan meneruskan kehidupan.
“Sebagai dokter hewan kita harus dapat memastikan perawatan agar tetap bisa survive di alam liar jika dilepaskan, terutama dari habitat ex situ,” tutur drh Yumni.
Sedangkan dalam konservasi in situ, seorang dokter hewan liar akan bekerja sama dengan tim melalui medan yang tidak mudah. Kerjasama tim dan hubungan komunikasi antar anggota harus dirajut sebaik-baiknya. Fokus utama pekerjaan lapangan sama halnya sebagai dokter hewan biasanya. Hanya saja terdapat keterbatasan obat maupun peralatan yang dibawa dalam proses nekropsi, toksikologi, patologi, maupun hal lainnya.

Risiko Kerja Dokter Hewan
Persiapkan diri untuk menerima sinyal komunikasi. Solusi menggapai tempat tinggi untuk menemukan tempat sinyal menjadi kebiasaan baru yang mungkin akan ditemui. Risiko medan offroad merupakan tantangan tersendiri. Dokter hewan liar juga harus dapat mengurangi risiko kecelakaan kerja lewat pemetaan kebiasaan hewan liar yang akan ditemui selama di dalam habitatnya.
“Pengalaman orang adalah guru terbaik, karena risiko keselamatan kerja dokter hewan liar sangat tinggi,” ujar lulusan primatologi IPB University itu.
Tidak hanya itu, potensi interaksi antara manusia dan hewan liar meningkatkan risiko zoonosis. Mengurangi faktor membuat stres pada hewan merupakan langkah paling efektif dalam memastikan daya tahan tubuh hewan tersebut berada dalam kondisi maksimal.
Perlu diketahui, kegiatan itu diselenggarakan pada kuliah tamu Program Studi S1 Kedokteran Hewan Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga (UNAIR) Banyuwangi. Kegiatan itu bertajuk The Important Role of Indonesian Veterinarian in Wildlife Medicine and Conservation di Ruang Kelas G101 Kampus FIKKIA Giri pada Jumat (3/5/2024).
Penulis: Azhar Burhanuddin
Editor: Khefti Al Mawalia