UNAIRNEWS – Di balik prestasi gemilang UNAIR menempati peringkat ke-308 dunia dan posisi kedua nasional versi QS Asia Rankings 2025, terdapat peran penting sosok visioner yaitu Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Prof Dr Muhammad Madyan, SE MSi MFin. Selama lima tahun terakhir menjabat, Prof Madyan berhasil menancapkan fondasi kuat untuk menjadikan UNAIR sebagai world class university yang tak hanya unggul secara akademik, tetapi juga adaptif terhadap perubahan zaman.
Dari Visi Jadi Bukti
Prof Madyan menegaskan, transformasi UNAIR bukan sekadar narasi seremonial, tetapi realitas yang dibangun melalui strategi konkrit melalui reformasi birokrasi, digitalisasi sistem, dan penguatan manajemen sumber daya manusia (SDM). “Kualitas SDM adalah jantung dari sebuah institusi akademik. Maka, perencanaan dan rekrutmen harus berbasis kebutuhan strategis yang menjawab tantangan masa depan,” jelasnya.
Selama satu dekade terakhir, jumlah dosen bergelar doktor di UNAIR melonjak dari 604 orang pada 2016 menjadi 1.000 orang di 2025. Kenaikan ini lantaran komitmen bersama lakukan pelatihan, publikasi, hingga pengabdian masyarakat. Di sisi lain, kesejahteraan tenaga pendidik juga diperhatikan dengan adanya tunjangan kinerja, tambahan fungsional, hingga lingkungan kerja yang kondusif.
Ubah Tantangan Jadi Lompatan
Tidak hanya di ruang akademik, Prof Madyan juga memimpin reformasi birokrasi secara menyeluruh. Melalui sistem informasi akademik terpadu, layanan kepegawaian digital (Simpeg), serta penyederhanaan prosedur administratif.
Kini UNAIR berhasil memangkas hambatan internal yang selama ini memperlambat kinerja institusi. “Kami percaya, efisiensi birokrasi bukan soal mempersingkat proses, tetapi soal memperjelas arah dan mempercepat dampaknya,” tegas Prof Madyan.
Riset Melesat, Visi Terjaga
Salah satu capaian signifikan adalah melonjaknya produktivitas riset UNAIR, yang kini menjadi universitas dengan jumlah jurnal Scopus terindeks terbanyak di Indonesia (19 jurnal). Selain itu, Indikator Kinerja Utama (IKU) seperti dosen berkegiatan di luar kampus (IKU 3) juga meningkat pesat menjadi 61,52 persen, melampaui standar nasional.
Di tengah perubahan global yang cepat, UNAIR tak hanya mengejar peringkat, tetapi juga kebermaknaan. Di bawah kepemimpinan Prof Madyan, kampus ini membuktikan bahwa teknologi, integritas, dan kemauan untuk berbenah dapat mengantar institusi pendidikan menjadi pilar peradaban baru. “UNAIR bukan hanya tempat belajar, tapi tempat mencetak masa depan,” begitu filosofi kerja yang terus ia gaungkan.
Penulis: Sintya Alfafa
Editor: Yulia Rohmawati