Dua anggota Dewan Pakar IKA UNAIR – salah satunya saya, diundang IKA UNAIR untuk menghadiri peresmian wall raising pembanguna Plaza Airlangga di kampus C Universitas Airlangga hari Sabtu lalu (16/9/2023). Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meresmikan secara langsung disaksikan oleh Rektor UNAIR Prof. Nasih. Gedung itu diproyeksikan rampung 31 Desember 2023 dan akan beroperasi pertengahan 2024.
Gedung Plaza Airlangga ini berada di kawasan Kampus C UNAIR dengan luas lahan 3300 meter persegi (m2). Gedung Plaza Airlangga ini dirancang 5,5 lantai dengan luas bangunan 5.530 m2. Total anggaran yang dialokasikan sebesar Rp 38,9 miliar. Rektor UNAIR Prof Mohammad Nasih menyampaikan apresiasi kepada Gubernur Khofifah atas terlaksananya pembangunan Plaza Airlangga. Dia berkomitmen UNAIR akan terus mencetak SDM unggul yang kelak membangun Jatim, termasuk melalui pemanfaatan Plaza Airlangga.
Yang menarik dari pidato Neng Khofifah dalam acara itu adalah concern beliau mengenai perlunya kajian strategis di setiap kebijakan publik. Misalnya pembangunan ibu kota baru IKN, masih terkesan fokus pada fisik infrastruktur. Namun sebenarnya perlu kajian tentang kesiapan sumber daya manusia yang ada di wilayah itu.
Kajian sosiologi dan psiko-sosial sangat perlu. Saya setuju pendapat beliau ini. Sebab, kalau tidak ada kajian strategis maka SDM yang ada di pembangunan fasilitas modern itu akan merasa teraliniasi dari lingkungan dan akan menjadi penonton di pinggir jalan yang tidak memiliki daya apa-apa.
Menurutnya, IKN secara de-jure adalah nasional. Namun de-facto-nya adalah Jawa Timur. Sebab ternyata banyak warga yang berada di wilayah IKN itu adalah warga Jawa Timur. Hal-hal seperti ini seharusnya menjadi peluang bagi Universitas Airlangga. Menurut beliau “Peran UNAIR dibutuhkan tidak hanya sebagai referensi intelektual tapi juga referensi psikososial. Sehingga, pembangunan infrastruktur perlu dipertimbangkan dampaknya kepada masyarakat luas”.
Neng Khofifah menceritakan sebagai saksi pembicaraan tokoh-tokoh nasional seperti Gus Dur, Akbar, Tanjung dan Amien Rais tentang usulan amendemen UUD 1945. Sayangnya pembicaraan yang sangat penting untuk bangsa dan negara itu tidak ada academic draft-nya.
Neng Khofifah meminta peran UNAIR untuk membuat academic draft tentang sosiologi, psikososial pembangunan IKN itu dan beliau berjanji akan mendampingi para pakar UNAIR menghadap presiden di Istana untuk memberikan masukan-masukan strategis itu.
Peluang yang diberikan neng Khofifah itu sayang kalau tidak dimanfaatkan UNAIR. Sebab, perguruan tinggi yang sudah berlevel dunia ini memiliki banyak pakar yang bisa memberikan strategic inputs kepada negara. UNAIR memiliki Sekolah Pascasarjana yang salah satu prodinya adalah soal SDM. Serta, para pakar dari berbagai jenis keilmuan bisa berpartisipasi dalam menyusun academic draft masukan strategis itu.
Saya yakin hal ini bisa dilakukan dengan kolaborasi yang baik civitas akademika UNAIR karena sudah terbukti bahwa UNAIR sudah berhasil menyumbangkan hasil pikiran akademik nya untuk masyarakat bangsa dan negara.
Semoga.