UNAIR NEWS – Belum lama ini marak fenomena bahasa ala Jakarta Selatan atau Jaksel. Di mana bahasa tersebut mencampurkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam satu kalimat, bahkan satu kata. Dalam sosiolingustik (ilmu bahasa dari segi sosial), fenomena itu disebut dengan alih kode atau code switching.
Menanggapi fenomena bahasa Jaksel itu, Dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia FIB UNAIR Dr Dra Ni Wayan Sartini MHum menyebut itu adalah perkembangan fenomena kebahasaan masyarakat, tidak mempermasalahkan itu. Menurutnya, bahasa Jakarta Selatan adalah hasil dari pemikiran atau ide yang kreatif.
“Tidak akan menjadi masalah jika masyarakat menggunakan bahasa yang bercampur. Selama penggunaannya berada dalam situasi yang tepat. Artinya, hanya pada ranah pergaulan atau informal,” tutur Dr Wayan menanggapi fenomena bahasa Jaksel.
Bagi Dr Wayan, bahasa seperti sebuah pakaian. Kita tidak dapat menyamakan penggunaannya pada situasi yang berbeda. Bahasa yang baik adalah ketika bahasa tersebut menyesuaikan situasinya.
“Hal yang saya lihat selama ini penutur menggunakannya hanya sebagai bahasa pergaulan. Jadi, sah-sah saja,” sambung Dr Wayan.
Dampak
Meski menggabungkan kedua bahasa, namun Dr Wayan berpendapat bahwa tidak ada dampak buruk bagi bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia tetap tidak akan tergeser kedudukannya dengan adanya bahasa Jaksel tersebut.
“Karena saat berada di situasi formal atau resmi, penutur akan menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai. Saya rasa juga mereka tidak menggunakan bahasa Jaksel ketika menjadi pembicara seminar, saat ujian skripsi, atau situasi formal lainnya. Akan menjadi tindakan yang kurang tepat jika sampai terjadi,” ujar Dr Wayan.
Bukannya berdampak buruk, namun bahasa Jaksel dapat menjadi sarana pembelajaran bahasa asing. Jika seseorang dapat menguasai dua bahasa sekaligus atau lebih, maka dikatakan sebagai bilingual.

Penyebab Munculnya Bahasa Jaksel
Munculnya bahasa Jaksel tidak lepas dari pengaruh globalisasi. Jika berbicara mengenai globalisasi, maka bahasa Inggris adalah “aktor” utamanya. Bahasa Inggris, merupakan bahasa persatuan dalam dunia global.
“Fenomena bahasa Jaksel adalah cerminan dari identitas masyarakat Jakarta Selatan. Bahasa tersebut menandakan bahwa mereka adalah masyarakat global yang terbuka dan menerima pengaruh dari luar budaya sendiri. Karena perkembangan bahasa mengikuti perkembangan budaya,” ungkap dosen asal Bali tersebut.
Selain itu bahasa Jaksel dengan bahasa Inggris sebagai pelengkap komunikasi juga berkaitan dengan prestise status sosial. Tingkat sosial masyarakat Jaksel dianggap lebih tinggi sehingga merasa perlu untuk memasukkan unsur bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari.
Penulis: Fauzia Gadis Widyanti
Editor: Feri Fenoria