Universitas Airlangga Official Website

Perceraian Artis Kembali Marak, Pakar UNAIR Ingatkan Dampak pada Anak

Foto by istock

UNAIR NEWS – Dalam beberapa pemberitaan belakangan ini, fenomena perceraian pada publik figur atau artis semakin umum terjadi. Bahkan perceraian dilakukan oleh pasangan artis yang sering terlihat mesra di hadapan publik. Namun, meskipun perceraian dapat menjadi solusi dari konflik yang tak teratasi dalam rumah tangga, dampaknya pada anak-anak seringkali menjadi perhatian serius.

Kepada UNAIR NEWS (26/7/2023), Pakar Psikologi Keluarga Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Nurul Hartini SPsi MKes Psikolog memberikan tanggapan. Menurutnya, perceraian biasanya karena adanya ketidakmampuan menemukan titik temu pada sebuah permasalahan pasangan. Permasalahan ini dapat muncul dari beragam faktor, seperti ekonomi, sosial, hingga lainnya.

“Seringkali sesuatu yang tidak bisa bersatu biasanya memang ada kehadiran orang ketiga. Hanya saja, seringkali memang karena munculnya perselisihan yang tidak bisa untuk saling damai,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, seringkali keputusan bercerai tidak melalui pertimbangan yang matang. Bagi kedua orang tua, bisa jadi berpisah merupakan hal yang tepat. Namun, bagi anak, belum tentu demikian. Karena tidak selamanya seseorang akan dapat pasangan yang lebih baik ketika memutuskan untuk berpisah dengan pasangan sebelumnya.

“Ketika kita bisa menghargai perbedaan dan mentoleransi kekurangan, kita harus yakin bahwa pasangan kita saat ini adalah apa yang terbaik dari Allah. Yang lain hanya fatamorgana saja,” tambah Guru Besar Fakultas Psikologi UNAIR tersebut.

Dampak bagi Anak dan Keluarga

Menurutnya, bagi anak dan keluarga, perceraian adalah hal yang paling tidak diinginkan. Akhirnya, bagaimana sikap dan keputusan orang tua, akan memberikan dampak bagi anak. Hal ini juga akan bergantung pada bagaimana kemampuan anak untuk beradaptasi. Tentunya, perceraian merupakan hal kompleks yang perlu menelisik dari berbagai aspek.

“Buat anak yang tidak bisa beradaptasi dengan proses itu, tidak bisa menerima perceraian orang tuanya, pasti rasa marah, sedih, kecewa, akan terbawa terus. Pastinya akan berdampak pada perilaku,” ujarnya.

Pada pola asuh anak, walau sudah berpisah, haruslah menjadi tanggung jawab bersama. Walaupun komunikasi pasca perceraian dengan pasangan sudah tidak lagi intensif, komunikasi dengan anak haruslah berjalan dengan baik. Jika orangtua tidak mampu bertanggung jawab, maka akan ada beberapa dampak negatif terjadi. Salah satunya anak kehilangan identitas, terhambatnya potensi, hingga emosi tidak stabil.

“Anak harus diajak bicara perihal ini. Jangan sampai anak tahu orang tuanya ingin bercerai itu dari orang lain. Bahkan banyak kasus, anak baru tau ketika diundang di persidangan. Jadi anak tidak tau sama sekali,” pesannya. (*)

Penulis: Afrizal Naufal Ghani

Editor: Nuri Hermawan