Universitas Airlangga Official Website

Peringati Kelahiran Soekarno, Himapol Buka Diskusi Kebijakan Politik dan Kebudayaan Soekarno

Charles P Sullivan Ph.D sedang memaparkan disertasinya yang berjudul Years Of Dressing Dangerously: Modern Women, National Identity and Moral Crisis in Soekarno’s Indonesia, 1945-1966 pada diskusi yang diadakan HIMAPOL dengan Development Study Club secara daring. (Foto: Istimewa)
Charles P Sullivan Ph.D sedang memaparkan disertasinya yang berjudul Years Of Dressing Dangerously: Modern Women, National Identity and Moral Crisis in Soekarno’s Indonesia, 1945-1966 pada diskusi yang diadakan HIMAPOL dengan Development Study Club secara daring. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan diskusi Kebijakan dan Politik Kebudayaan Soekarno. Dalam rangka menyambut hari lahir Soekarno, gelaran itu berkolaborasi dengan Development Study Club secara daring pada Senin (19/06/2023).

Charles P. Sullivan Ph D mengatakan pemikiran-pemikiran Bung Karno dapat terlihat melalui tulisan serta pidato-pidato beliau. Pidato-pidato politiknya sering kali dibuka dengan keindahan kaum perempuan.

“Dalam diskusi itu saya akan membawakan ide kaum wanita Indonesia memang yang memang sangat sentral perannya tentang politik kebudayaan Indonesia,” terang Charles.

Charles menuangkan ide politik kebudayaan Soekarno dalam disertasinya yang berjudul Years Of Dressing Dangerously: Modern Women, National Identity and Moral Crisis in Soekarno’s Indonesia, 1945-1966. Dalam disertasinya, Charles menempatkan pakaian wanita sebagai salah satu politik kebudayaan Soekarno pada masa itu.

“Muncul pertanyaan dari Sumpah Pemuda pada masa itu mengenai bagaimana kami putra dan putri Indonesia bisa menjadi modern sambil menjadi orang Indonesia?” tambahnya.

Indonesia pada Masa Soekarno

Menurut Charles, proses membangun Indonesia pada masa Soekarno dapat terlihat dari kaum wanita. Misalnya, pemikiran kaum wanita pada masa itu, pengalaman serta suara-suara wanita pada masa Soekarno.

“Bung Karno pernah bilang bahwa persoalan wanita memang kebutuhan revolusioner. Maka, wanita itu perlu dipopulerkan, sebab kita tidak dapat menyusun negara maupun masyarakat jika di lingkungan sosial kita tidak mengerti perihal wanita”.

Wanita sebagai objek politik kebudayaan oleh Soekarno tercermin melalui majalah-majalah wanita yang terbit pada masa itu. Misalnya, Majalah Wanita, Majalah Keluarga serta Majalah Film Review. Di dalam majalah-majalah ini terdapat ikon wanita sebagai simbol serta target kebudayaan. Hal tersebut terepresentasi dengan penggunaan kebaya sebagai simbol wanita modern Indonesia.

“Model wanita modern Indonesia merupakan simbol wanita kepada dunia internasional bahwa hal tersebut merupakan intisari dari pemberdayaan Indonesia,” ungkapnya.

Penulis: Ini Tanjung Tani

Editor: Khefti Al Mawalia