UNAIR NEWS – Lebih dari seratus mahasiswa Universitas Airlangga terlihat mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah. Mereka adalah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Kajian Keindonesiaan pada Senin [31/10/2022]. Hal tersebut dilakukan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda yang jatuh tiga hari sebelumnya.
“Untuk memperingati hari Sumpah Pemuda yang sudah berusia 94 tahun dan enam tahun lagi kita menghadapi sumpah pemuda yang seratus tahun,” terang Probo Darono Yakti, dosen mata kuliah Kajian Keindonesiaan.
Tidak berhenti di mahasiswa, dosen dan asisten dosen kelas kajian keindonesiaan juga turut menggunakan pakaian adat. Tiga dosen yang mengampu mata kuliah itu kompak mengenakan atribut blangkon dan ikat kepala.
Menurutnya, kegiatan itu menghidupkan kembali suasana kongres pemuda II. Waktu itu, pemuda dari seluruh tanah air berkumpul dengan identitas adat masing-masing.
“Identitas itu tidak akan jauh dari atribut-atribut pakaian adat,” tuturnya lagi.
Ia juga berpendapat bahwa kegiatan seperti ini perlu diulangi di tahun-tahun depan.
“Mungkin (kegiatan, red) ini juga perlu diadakan lagi,” terang penulis buku Poros Maritim Dunia tersebut.
Ia mengatakan bahwa terdapat kemungkinan untuk memperbesar lingkup kegiatan itu. Dari yang mulanya satu kelas, bisa menjadi satu fakultas atau bahkan satu Universitas Airlangga.
“Tidak menutup kemungkinan. Tergantung kemudian bagaimana respons dari fakultas. Tapi pasti pesan-pesan baik ini akan kami teruskan pada pimpinan,” ujarnya.
Menurutnya, barangkali diperlukan satu hari tertentu di mana sivitas akademika FISIP UNAIR diwajibkan mengenakan pakaian adat. Ia berharap kegiatan-kegiatan semacam itu membawa semangat lebih. Baju adat, menurut Probo, hanyalah casing.
“Tidak hanya kemudian semangat (memakai, red) baju adatnya. Lebih kepada merefleksikan jiwa dan momentumnya.”
Penulis: Ghulam Phasa Pambayung
Editor: Khefti Al Mawalia