Universitas Airlangga Official Website

Perkembangan Dunia Investasi dalam Revolusi Industri 4.0

Ilustrasi by Pajak.com
Ilustrasi Invesitasi (sumber: Pajak.com)

Investasi merupakan kegiatan penempatan dana pada satu atau lebih dari suatu jenis aset selama periode tertentu, dengan tujuan mendapatkan penghasilan atau peningkatan nilai. Pasar modal di Indonesia yang dikenal sebagai Bursa Efek Indonesia (BEI), merupakan salah satu instrumen investasi. Pasar modal ini untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang dengan jangka waktu lebih dari satu tahun, seperti saham, surat utang (obligasi), reksadana, dan berbagai instrumen derivatif dari efek atau surat berharga. Kita sebagai anak muda harus memiliki pandangan dan pikiran yang terbuka terhadap dunia investasi, karena dengan kita berinvestasi uang kita tidak tergerus oleh inflasi.

Pada Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan adanya ikut campur sebuah sistem cerdas dan otomasi dalam industri, tentunya hal ini memberi dampak pada berbagai aspek kehidupan dan membawa perkembangan pesat dalam dunia investasi. Kemunculan teknologi baru seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan blockchain membuka peluang baru bagi para investor. Terkhusus bagi investor muda yang mendominasi pasar modal di Indonesia. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), investor dengan usia di bawah 30 tahun mendominasi porsi investor dengan jumlah 57,04% dari seluruh investor yang tercatat.

Revolusi ini memberikan dampak positif untuk gen Z, Milenial, hingga gen X, karena dengan adanya revolusi ini mempermudah kita untuk mengamati pasar modal hingga dengan proses pembelian. Pada masa lalu pembelian instrument investasi seperti saham dilakukan secara tatap muka dengan menggunakan papan manual dan kertas untuk bertransaksi. Beda dengan sekarang, adanya revolusi mempermudah kita dalam berinvestasi. Kita hanya perlu mendownload aplikasi sekuritas di gadget kita lalu kita dapat melakukan transaksi secara online dimanapun kita berada. Hal ini sangat mempermudah kita dalam berinvestasi.

 Apasih kripto itu? Menurut Wikipedia, mata uang kripto adalah aset digital yang dirancang untuk bekerja sebagai media pertukaran yang menggunakan kriptografi yang kuat untuk mengamankan transaksi keuangan, mengontrol proses pembuatan unit tambahan, dan memverifikasi transfer aset. Mata uang kripto ini terdesentralisasi pertama kali dibuat dan diadakan pada 2009 oleh pengembang yakni Satoshi Nakamoto.

Sejarah masuknya kripto di Indonesia diawali dengan berdirinya sebuah exchange yang bernama Indodax pada tahun 2014. Dalam dunia investasi, aset investasi kripto menjadi bahan perbincangan banyak orang karena harganya dapat naik dan turun hingga puluhan persen hanya dalam hitungan hari saja. Di samping itu berbagai investor kelas atas atau yang biasa disebut whale, seperti Elon Musk (CEO Tesla), Michael Saylor (CEO MicroStrategy), dan Larry Fink (CEO BlackRock) yang melihat adanya peluang besar dan masuk pada dunia kripto.

Masuknya investor besar seperti BlackRock yang memiliki aset lebih dari $9 triliun kedalam dunia kripto membawa dampak yang sangat besar pada harga pasar. Dilansir dari coindesk.com, ETF bitcoin spot BlackRock (IBIT) mengalami perdagangan yang masif kemarin (27/2/2024). Tercatat volume perdagangan harian lebih dari US$1,3 miliar untuk hari kedua berturut-turut.

IBIT BlackRock membukukan volume perdagangan $1,357 miliar pada siang hari, memecahkan rekor hari Senin sebesar US$1,3 miliar, analis Bloomberg Intelligence ETF Eric Balchunas mencatat dalam postingan X Selasa sore pada penutupan pasar. Hal ini menunjukan bahwa mata uang kripto sangat diminati oleh berbagai investor dan dapat menjadi alat pertukaran yang sah diberbagai negara. Mengutip Cryptonews, pada bulan September 2021 lalu, El Salvador menjadi negara pertama di dunia yang secara resmi menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran sah.

Kita sebagai para investor harus bersikap bijak dalam mengambil keputusan investasi, hindari Fear Of Missing Out (FOMO), karena dapat merugikan diri kita sendiri. Dalam industri 4.0 ini mudah sekali bagi kita untuk melakukan berbagai riset dan analisa, baik itu secara fundamental (laporan keuangan serta kondisi ekonomi Perusahaan) dan teknikal (arah pergerakan saham/kripto). Selain melakukan analisa, hal yang tidak kalah penting yakni dengan mengatur manajemen keuangan.

Sebagai investor kita harus cermat dan bijak saat mengalokasikan dana kata, umumnya menggunakan 10-30% dari penghasilan kita yang dapat dikatakan uang dingin. Dalam dunia investasi ada prinsip “be fearful when others are greedy, and be greedy when others are fearful”.

Sederhananya, kita harus takut jika banyak orang sedang tamak atau serakah dan kita harus menjadi serakah jika kebanyakan orang sedang takut. Dengan kita belajar dari berbagai media di industri 4.0 ini, harapannya kita sebagai para investor dapat mengambil langkah bijak dalam berinvestasi agar terhindar dari yang namanya inflasi.

Penulis: Erwin Wijaya (Mahasiswa Teknik Industri, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga)