Universitas Airlangga Official Website

Persepsi Generasi Z dalam Membayar Zakat, Infaq, dan Sedekah Menggunakan Fintech

Foto by Waspada id

Zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) dalam perekonomian modern dapat memberikan peran pemerataan kesejahteraan untuk mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat (Mustika dkk., 2019; Purwanti, 2020). Indonesia dan Malaysia memiliki penduduk Muslim terbesar di Asia Tenggara (Hamayotsu, 2002). Indonesia dan Malaysia adalah dua negara yang sangat memprioritaskan pertumbuhan Fintech. Fintech Indonesia berada di peringkat ke-47 secara global, dengan ekonomi digital sebesar $40 miliar pada tahun 2019 (Kharisma, 2021). Di sisi lain, masyarakat di Malaysia sangat tertarik dengan tren fintech (Hui dkk., 2019).

Generasi Z mendominasi Islam di Indonesia dan Malaysia. Mereka tumbuh di masa pertumbuhan teknologi dan informasi yang cepat, sehingga Generasi Z lebih mudah memahami teknologi dan informasi. Keseriusan mempelajari ZIS merupakan salah satu persamaan antara Indonesia dan Malaysia. Kesamaan antara Indonesia dan Malaysia antara lain letak geografis. Namun permasalahan dalam implementasi fintech untuk pembayaran ZIS di kedua negara tersebut belum tentu sama. Oleh karena itu, penelitian komparatif juga bertujuan untuk mengetahui persamaan, perbedaan, dan kesenjangan persepsi Generasi Z terhadap penggunaan tekfin dalam pembayaran ZIS.

Alaeddin dkk. (2021) menemukan bahwa Fintech (Blockchain) adalah solvabilitas atas keberadaan ISF (Islamic Social Finance), termasuk wakaf, zakat, dan sukuk. Hasil penelitian ini sejalan dengan survei oleh Nor dkk. (2021) bahwa Blockchain dalam pembayaran ISF selama pandemi COVID-19 adalah pilihan yang tepat karena memungkinkan tidak ada kontak antara pihak-pihak yang terlibat untuk meminimalkan penyebaran virus. Bin-Nashwan (2021) menyatakan bahwa fintech meminimalisasi tertinggalnya penerima ZIS karena fintech dapat menjangkau semua level pemerataan. Diungkapkan oleh Baber dan Hasnan (2020) bahwa fintech yang terintegrasi dengan perbankan akan mampu meningkatkan pembayaran ZIS secara global.

Persepsi kenyamanan, lingkungan sosial, dan reputasi lembaga amil mempengaruhi minat membayar ZIS melalui platform internal dan eksternal melalui Fintech (Adyani, 2021; Agustiningsih dkk., 2021; Kurniaputri dkk., 2020; Usman dkk., 2020). Merujuk pada studi Mahardika (2020), diklaim bahwa ekspektasi kinerja memiliki dampak yang menguntungkan namun kecil terhadap minat berdonasi melalui fintech. Persepsi efektivitas kemudahan pemanfaatan tekfin untuk membayar ZIS berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat bertransaksi melalui tekfin (Chuang dkk., 2016; Hakimi dkk., 2021; Wildan, 2019). Di sisi lain, risiko berpengaruh negatif dan signifikan terhadap minat bertransaksi menggunakan Fintech (Batunanggar, 2019). Secara umum, penggunaan fintech dalam pembayaran ZIS memberikan dampak positif bagi pembayar zakat, antara lain berbagai kemudahan dan manfaat. Penelitian ini memperkaya pengetahuan yang belum pernah dibahas pada penelitian sebelumnya dengan membandingkan persepsi Generasi Z di Indonesia dan Malaysia dalam menggunakan fintech untuk membayar ZIS. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur tentang persepsi generasi Z Muslim dalam membayar ZIS menggunakan fintech dan menjadi kontribusi ilmiah untuk pembelajaran antara kedua negara.

Proses penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis, berfokus pada pengalaman individu dan interpretasi fenomena di masyarakat (Anggito & Setiawan, 2018). Fenomena yang diteliti adalah persepsi penggunaan fintech untuk membayar ZIS oleh Generasi Z di Indonesia dan Malaysia. Partisipan penelitian ini ditentukan secara purposive sampling dengan kriteria: (1) Muslim, (2) kelahiran 1995–2010, (3) telah membayar ZIS menggunakan Fintech (payment, ewallet, dan crowdfunding) minimal tiga tahun terakhir, dan (4) warga negara Indonesia atau Malaysia untuk peserta terpilih. Penelitian ini menggunakan diskusi kelompok terfokus untuk mencapai tujuannya. Teknik Focus Group Discussion dipilih karena hasilnya efektif memberikan informasi tentang bagaimana orang berpikir, merasa, atau bertindak tentang topik tertentu dan membandingkan objek dengan lebih berani.

Persepsi peserta menggunakan fintech untuk membayar ZIS di Indonesia dan Malaysia memiliki persamaan dan perbedaan. Kesamaan persepsi antara keduanya adalah samasama menyadari sepenuhnya minat fintech dalam membayar ZIS dan telah merasakan kepuasan layanan Fintech sebagai pengguna. Persepsi pentingnya reputasi fintech bukanlah bagian yang sangat vital bagi peserta diskusi dari Indonesia dan Malaysia. Perbedaan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah persepsi terhadap keamanan data pengguna. Peserta di Indonesia belum sepenuhnya merasakan keamanan data pribadi, dan masih ada kecurigaan kebocoran data. Sementara itu, peserta di Malaysia telah mengalami keamanan data pribadi yang lengkap.

Penulis: Dr. Ririn Tri Ratnasari, S.E., M.Si.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

Azhar Alam, Ririn Tri Ratnasari, Chabibatul Mua’awanah and Raisa Aribatul Hamidah (2022). Generation Z perceptions in paying Zakat, Infaq, and Sadaqah using Fintech: A comparative study of Indonesia and Malaysia. Investment Management and Financial Innovations, 19(2), 320-330. doi:10.21511/imfi.19(2).2022.28