UNAIR NEWS – Mitigasi krisis iklim secara global tidak bisa lepas dari peran institusi pendidikan. Selain mengedukasi masyarakat, lembaga riset dan pendidikan dapat berkontribusi dalam memberikan dukungan dan rekomendasi terhadap pemerintah terkait krisis iklim.
Sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia, Universitas Airlangga (UNAIR) tak ketinggalan dalam mensukseskan visi pencapaian target nol emisi Indonesia 2050. Hal tersebut dilakukan melalui pengiriman delegasi ke Indonesian University Climate Conference (IUCC) pada Selasa (29/03/2022).
Promosikan Pengembangan EBT dan Pendirian Konsorsium Nasional
“Fokus rekomendasi UNAIR terhadap pemerintah dalam upaya penurunan risiko krisis iklim terletak pada aspek mitigasi dan pendanaan,” tutur Savira Rizma Yunita SM sebagai salah satu delegasi perwakilan kampus di IUCC pekan lalu.
Aspek mitigasi ini dilaksanakan melalui upaya percepatan penggunaan berbagai jenis energi baru terbarukan (EBT), tambah koordinator SDGs Center UNAIR tersebut. EBT menjadi solusi mempertimbangkan bahwa energi yang berasal dari bahan bakar fosil menghasilkan emisi gas rumah kaca yang tinggi. Emisi ini akan memperparah risiko terjadinya perubahan iklim.

Savira berharap, EBT dapat memberikan kontribusi tidak hanya dalam mitigasi krisis iklim, tetapi juga peningkatan ekonomi masyarakat. Gagasan ini turut dituangkan dalam kertas publikasi yang dibacakan saat konferensi berlangsung.
“Selain itu, UNAIR juga berkontribusi secara signifikan dalam finalisasi judul rekomendasi akhir dan aspek peran utama pemerintah. Misalnya, masukan pada istilah ‘dekarbonisasi’ sebagai peluang ekonomi besar bagi Indonesia,” ujar Savira.
Kontribusi UNAIR lainnya tercermin dari gagasan pendirian sebuah konsorsium riset nasional. Konsorsium ini dapat berperan sebagai badan rekomendasi independen yang berfokus pada upaya pencegahan krisis iklim. Dengan perwakilan berbagai perguruan tinggi dan cendekiawan, konsorsium ini diharapkan dapat mendorong kebijakan pemerintah terkait mitigasi krisis iklim agar lebih ambisius.
Tingkatkan Sinergi
“Dengan UNAIR mengikuti IUCC, kalo dilihat bisa mendukung 3 SDGs yaitu SDG nomor 13 (climate action), nomor 16 (peace justice and strong institution), dan nomor 17 (partnerships for the goal),” jelas analis data Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) UNAIR tersebut.
Savira menuturkan kembali bahwa SDGs Center berperan untuk menyambungkan unit kampus baik itu fakultas hingga organisasi mahasiswa. SDGs Center terbuka untuk kolaborasi, misalnya dalam program kerja yang mendukung upaya mitigasi iklim. Hal ini juga turut mengakselerasi pengaruh positif pendidikan tinggi dalam kooperasi antar berbagai pihak.
IUCC merupakan forum non-partisan besutan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), sebuah organisasi independen dengan fokus bahasan kebijakan luar negeri. Dengan melibatkan 60 perguruan tinggi di Indonesia, IUCC bertujuan menjaga visi pencapaian target nol emisi bersih tahun 2050 dengan latar belakang keilmuan lintas disiplin. Selain Savira, Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih M Si selaku wakil rektor bagian Riset, Inovasi, dan Pengembangan Komunitas turut menghadiri IUCC sebagai delegasi UNAIR. (*)
Penulis: Deanita Nurkhalisa
Editor: Binti Q. Masruroh