UNAIR NEWS – Pertanyaan yang kerap muncul mengenai penerimaan mahasiswa baru adalah kebimbangan para pelajar kelas XII dalam menentukan program studi (prodi). Misalnya, mengenai pemilihan prodi lintas jalur dalam seleksi nasional mahasiswa perguruan tinggi negeri (SNMPTN).
Menjawab keraguan itu, Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) Universitas Airlangga (UNAIR) Drs. Suko Widodo, M.Si., menyarankan agar para calon peserta SNMPTN memilih jurusan yang linier. “Mengapa? Karena penilaian SNMPTN telah menetapkan mata pelajaran-mata pelajaran yang dinilai di masing-masing jurusan,” tutur Suko.
Bagi pelajar jurusan ilmu pengetahuan alam (IPA), jejak rekam akademis rapor yang dinilai meliputi mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, dan Biologi. Bagi pelajar ilmu pengetahuan sosial (IPS), nilai rapor yang dilihat adalah mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi. Sedangkan, pelajar jurusan bahasa meliputi Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sastra Indonesia, Antropologi, dan salah satu bahasa asing.
“Sehingga ketika anak IPA memilih jurusan IPS maka secara otomatis nilai-nilai mata pelajaran Ekonomi, Sosiologi, dan Geografi akan kosong. Dengan begitu disarankan untuk SNMPTN memilih jurusan yang linier,” imbuhnya.
Pernyataan tersebut disampaikan Suko dalam acara Talkshow Campus Expo yang diadakan oleh Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) Kota Surabaya. Acara yang dihadiri oleh pelajar SMA se-Surabaya dan sekitarnya digelar Kamis (19/1) di DBL Arena Surabaya.
Selain penjelasan mengenai pemilihan prodi lintas jurusan, Suko juga memaparkan secara singkat mengenai jalur penerimaan mahasiswa baru di UNAIR. Pada tahun 2017, UNAIR menerima mahasiswa baru melalui jalur SNMPTN, SBMPTN (seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri), dan Mandiri.
Terkait dengan perubahan kuota, UNAIR mengikuti aturan yang ditetapkan panitia pusat yakni minimal 30 persen untuk SNMPTN, minimal 30 persen untuk SBMPTN, dan maksimal 30 persen untuk Mandiri. Sedangkan, sisa 10 persen bergantung kebijakan masing-masing PTN.
Selain perubahan kuota jalur penerimaan, sekolah dengan akreditasi A memiliki kuota 50 persen, akreditasi B 30 persen, akreditasi C 10 persen, dan non akreditasi 5 persen.
Antusiasme audiens terlihat ketika sesi tanya jawab. Salah seorang siswa SMA Negeri 13 Surabaya, Tomy, menanyakan perihal indeks penilaian SNMPTN yaitu indeks prestasi kumulatif (IPK) alumni asal sekolah yang berkuliah di kampus tersebut.
“Penilaian alumni tidak hanya dari yang lolos SNMPTN namun juga SBMPTN, dan Mandiri. Selain itu, IPK alumni juga berpengaruh pada track record sekolah tersebut,” tutur Suko.
Pertanyaan lainnya yang muncul dari salah satu orang tua siswa dari SMA Muhammadiyah Surabaya. Ia menanyakan alur pendaftaran SNMPTN. “Apakah bisa siswa sekolah swasta mendaftar SNMPTN? Lalu, siapa pihak yang melakukan pengisian data?,” tanya seorang peserta talkshow.
Menanggapi pertanyaan itu, Suko menegaskan bahwa sekolah negeri, swasta maupun kejuruan bisa mendaftar SNMPTN dengan mengikuti ketentuan-ketentuan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Terkait pengisian data, diawali dari pangkalan data dan sekolah (PDSS) yang diisikan oleh pihak sekolah. Apabila siswa lolos dalam kuota berdasarkan akreditasi sekolah, tiap siswa akan mendapatkan kode voucher dari pihak sekolah untuk memverifikasi data yang telah diisikan sekolah dan memilih prodi yang diinginkan.
Di akhir acara, Suko memberikan nasihat kepada para siswa, guru, dan orang tua murid. “Pilihlah program studi sesuai dengan minat dan bakat. Pilihlah sesuai passion Anda,” pungkasnya.
Penulis: Hedy Dyah Syahputri
Editor: Defrina Sukma S