Sebagai seorang mahasiswa hukum, penguasaan terhadap hukum nasional bukan satu-satunya keterampilan yang harus di miliki karena pemahaman hukum internasional tentunya juga menjadi penting. Hal inilah yang kemudian berhasil dibuktikan oleh delegasi Fakultas Hukum Universitas Airlangga (FH UNAIR) ketika mendapat predikat Third Runner Up dan Best Prosecutor Memorials pada ajang kompetisi The 17th Indonesian Round of International Humanitarian Law Moot Court Competition 2022 (IHL MCC). Prestasi tersebut bukan pertama diperoleh, karena pada tahun lalu, delegasi FH UNAIR juga berhasil meraih predikat First Runner Up pada ajang serupa.
Kompetisi tersebut berlangsung pada 5 – 20 November 2022 di Fakultas Hukum Universitas Airlangga sebagai Host University. Adapun delegasi yang berhasil meraih prestasi itu beranggotakan Auralia Rizki Putri (2020) sebagai ketua delegasi, Alyssa Febyana M. (2020), Delfi Nilarosa (2021), dan Arofta (2021). Melalui sebuah wawancara, Alyssa selaku perwakilan delegasi menjelaskan bahwa IHL MCC masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya yang membahas mengenai hukum humaniter internasional dan diselenggarakan oleh International Comittee of the Red Cross (ICRC). Akan tetapi, yang menjadi pembeda dari tahun-tahun sebelumnya adalah pada proses penanganan perkara di International Criminal Court yang hanya memidanakan individual.
Persiapan dimulai dengan seleksi delegasi yang dilakukan melalui paper dan oral selection submission. Calon delegasi diuji dari kemampuan writing serta public speaking untuk benar-benar mampu menghasilkan dan menyampaikan argumen dengan baik. Setelah delegasi terbentuk, setidaknya diperlukan waktu kurang lebih empat bulan untuk menyiapkan berkas dan berlatih pada ajang kompetisi ini. Ketika pada tahapan memorial submission, Alyssa menceritakan bahwa timnya harus melakukan riset secara detail dan rajin melakukan review berkala dengan mengecek formatting dan hal-hal lainnya. Mereka juga mendapatkan batuan dari coach sesama mahasiswa FH UNAIR yaitu Michael Christian, Laila Maghfira, dan Axel Cross dari angkatan 2019 serta Arya Raditya dari angkatan 2020. Adapun untuk latihan pleading sendiri dilakukan secara intensif selama satu bulan dengan bantuan dari senior, yaitu Yosua Iskandar dari alumni angkatan 2018.
Berbagai kesulitan tentunya kerap kali dihadapi oleh delegasi selama melaksanakan persiapan yang berasal dari tekanan pada diri sendiri. Akan tetapi kesulitan tersebut berhasil dilalui secara bersama-sama dan berkat bantuan dari berbagai pihak. “Untuk kesulitan lain seperti biasa kesulitan di bagian time management karena kita harus mengorbankan waktu tidur dan waktu main, tetapi saya tidak pernah menyesal karena hasil tidak akan mengkhianati usaha,” ujar Alyssa.
Sebagai penutup, dirinya kemudian menyampaikan kesan, pesan, dan tips selama mengikuti kompetisi IHL MCC 2022. “Karena FH UNAIR jadi Host University juga tahun ini, jadi selama pleading itu kami sebagai delegasi berusaha untuk pura-pura tidak mengenal panitianya yang merupakan (teman) mahasiswa FH UNAIR sendiri. Itu cukup lucu sih karena kompetisinya kan juga diselenggarakan secara offline” cerita Alyssa. Dirinya juga menyarankan untuk memperdalam riset dan memperbanyak diskusi dengan anggota tim. “Dan yang paling penting jangan sepelekan formatting dalam pembuatan memorial karena ada penaltinya” ujarnya akhir kesempatan.
Penulis: Dean Rizqullah Risdaryanto