Universitas Airlangga Official Website

BASASING Gelar Kuliah Tamu, Ulas Kontribusi Humaniora

FIB NEWS – Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris (BASASING) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (FIB UNAIR) kembali menggelar kuliah tamu bertajuk “Kontribusi Humaniora pada Pengembangan Video Games: Peluang Akademik dan Non-Akademik dalam Industri Kreatif Berbasis Budaya Digital”. Kuliah tamu ini menghadirkan Roby Sulistyo Didi, alumni berprestasi yang kini berprofesi sebagai 3D Animator di Pixelline Studio Malaysia sebagai pembicara utama. Kegiatan ini sukses terlaksanakan secara daring pada Rabu (20/11/2024).

Model Dasar Gim

Roby mengungkapkan bahwa untuk memahami industri gim, penting untuk terlebih dahulu mengetahui elemen-elemen yang membuat gim menarik. “Banyak yang bertanya mengapa ada gim yang membuat kita betah berjam-jam, sementara ada juga yang cepat membosankan. Semua itu terpengaruhi oleh elemen desain gim,” tuturnya.

Sebagai contoh, ia menjelaskan bahwa kesenangan dalam bermain gim seringkali terkait dengan pelepasan endorfin yang terpengaruhi oleh tingkat kesulitan gim tersebut. “Maka dari itu, gim modern biasanya menyediakan opsi tingkat kesulitan untuk menyesuaikan pengalaman pemain. Karena gim akan terasa menyenangkan ketika tantangannya seimbang. Tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit,” jelasnya

Lebih lanjut, Roby berpendapat bahwa sebagian besar model gim mengajarkan hal-hal yang telah manusia lakukan sejak awal evolusi. Seperti bertahan hidup. Ia menambahkan, gim juga mencerminkan pola perilaku manusia. Seperti kepatuhan, hierarki, penggunaan kekerasan untuk menyelesaikan masalah, atau mencari kekuasaan.

“Kesimpulannya, gim adalah model abstrak yang mengajarkan perilaku manusia secara tidak langsung. Sebagian besar gim mengajarkan perilaku primitif, seperti kekuasaan dan kontrol. Oleh karena itu, sebelum membuat game, kita harus memahami pola-pola ini agar game kita dapat diterima oleh pemain,” paparnya.

Peran Storyline

Roby memaparkan bahwa storyline (alur cerita) dalam gim merupakan salah satu cara bagi developer untuk menciptakan narasi yang menarik. Hal tersebut juga dapat diterapkan dalam berbagai media lainnya. Dalam gim modern, cerita biasanya terancang dengan mempertimbangkan berbagai elemen penting untuk memastikan pengalaman bermain yang mendalam dan menarik.

Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan menciptakan motivasi yang kuat bagi pemain. Baik itu motivasi internal maupun eksternal. Roby menjelaskan bahwa dengan adanya motivasi ini, pemain bisa terdorong untuk belajar hal baru atau memiliki tujuan pribadi. Seperti menjadi yang terbaik dalam gim. “Contohnya, dalam Overwatch atau Call of Duty Mobile, pemain termotivasi untuk memiliki senjata terbaik, kostum terbaik, atau bahkan menjadi pemain terkuat,” imbuhnya.

Kontribusi Humaniora

Pada akhir sesi, Roby memaparkan pengaruh signifikan bidang humaniora terhadap perkembangan gim dan dunia digital. Ia mengatakan bahwa saat ini, telah banyak game yang mengangkat isu sosial. Seperti perbedaan ras, gender, dan eksistensi kelompok marginal. Tidak jarang, ada juga developer yang mengangkat tema berhubungan dengan komunitas LGBTQ+. 

Menurut Roby, rata-rata dari gim yang mengangkat isu tersebut terlalu dipaksakan. Ia menambahkan, hal tersebut juga akan mempengaruhi minat dari masyarakat. Khususnya pria, yang merupakan mayoritas penggemar gim. Mereka seringkali tidak merasa terhubung atau bahkan tidak menyukai adanya cerita yang menonjolkan isu-isu seperti feminism atau marginalisasi.

“Kesimpulannya, Meskipun penting untuk memperkenalkan tema kemanusiaan dan marginalisasi dalam game. Saat ini, tema-tema ini belum sepenuhnya telah masyarakat terima. Terutama dalam konteks game yang lebih komersial,” pungkasnya.

Kegiatan kuliah tamu kali ini  mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 4, yaitu quality education. 

Penulis: Nadia Azahrah Putri

Editor: Nuri Hermawan