Universitas Airlangga Official Website

Loka Karya Kesadaran Mandiri Pangan Lewat Tradisi Lisan

Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia Gelar Forum Diskusi Mengenai Kesadaran Mandiri Pangan

Sumber foto: Tim Dokumentasi FIB

FIB NEWSProgram studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (FIB UNAIR) mengadakan forum diskusi terpumpun dengan mitra akademisi yang ahli dalam bidang ketahanan pangan pada (27-28/08/2024). Forum diskusi ini digelar di ruang Chairil Anwar dan dihadiri oleh seluruh dosen Bahasa dan Sastra Indonesia.

Dihadiri oleh empat narasumber seperti Junaini Kasdan, Pudentia, Fadly Rahman, Bagus Febrianto, dan dimoderatori oleh Ahmad Syauqi, forum diskusi ini berfokus pada upaya penggalian tradisi, kearifan lokal tentang ketahanan pangan, serta meningkatkan kompetensi dosen dalam bidang pendokumentasian memori kolektif.

Pemaparan materi hari pertama dilakukan oleh tiga narasumber. Salah satunya adalah Bagus Febrianto yang mengusung topik tentang naskah kuno dari era Paku Alam V. Naskah yang disimpan di Widya Pustaka Pakualaman, menjadi saksi penting dari perjalanan sejarah panjang Kesultanan Pakualaman di tengah kondisi sosial ekonomi yang penuh tantangan.

Ditulis pada periode yang dikenal sebagai masa kelam Pakualaman, naskah-naskah ini, terutama Pakem Tarugana, tidak hanya mencatat sejarah tetapi juga menyimpan pesan-pesan penting untuk kebangkitan ekonomi dan kemandirian pangan.

Bagus menyatakan bahwa Pakem Tarugana ditulis dengan tujuan menggugah semangat masyarakat untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi. Dalam naskah tersebut, terdapat pengetahuan mengenai “Pamulasaraning Siti” atau pemeliharaan tanah, yang berfokus pada pengolahan tanah kering agar menjadi subur.

Selain itu, Fadly Rahman dalam pemaparan materinya menyebut bahwa diversifikasi pangan di Indonesia perlahan mulai hilang. Saat ini, makanan pokok di Indonesia didominasi oleh beras.

“Makanan tradisional Indonesia memiliki biodiversitas pangan yang sangat kaya, mulai dari seni memasak, pengetahuan lokal, hingga budaya lisan yang diwariskan secara turun-temurun,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama Dr. Mochtar Lutfi, selaku Kepala Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia mengatakan bahwa pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran sangat penting. Terutama, jelasnya, dalam memahami proses.

“Di masyarakat perkotaan, proses ini seringkali sulit ditemukan. Melalui ekstrakurikuler memasak, masyarakat dapat mengenal tahapan dari bahan mentah hingga menjadi makanan,” ujarnya.

Penulis: Indhy Maulvie Achmayna Zulmi