Universitas Airlangga Official Website

Pengmas Basasindo Ajak Mahasiswa Adaptasi Kisah Wayang dalam Skenario Film

FIB NEWS – Tim Pengmas Program Studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (FIB UNAIR) selenggarakan Pelatihan Menulis Naskah pada (25/10/2024). Kegiatan tersebut diadakan di Dewan Kesenian Kota Sidoarjo. Sebagai bentuk kerja sama dengan pihak Dekesda Sidoarjo, kegiatan tersebut menghadirkan para pembicara yang berkompeten di bidangnya yang didatangkan dari pihak Dekesda maupun FIB UNAIR. Salah satunya adalah Dr. Mochtar Lutfi, S.S., M.Hum dari perwakilan Basasindo FIB UNAIR. 

Selaku pembicara, Lutfi membuka materi dengan menunjukkan salah satu karya generasi muda Indonesia yang mengadaptasi naskah kuno tradisi lisan sebagai objek dalam game. Ia mengapresiasi adanya keterbaruan tersebut yang menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Mulai dari bentuk pelestarian wayang di tengah era digitalisasi serta keuntungan material bagi pihak developer. 

“Ternyata sesuatu yang sudah tersimpan dalam memori masyarakat, ketika dikemas dalam format baru dapat menjadi daya tarik luar biasa,” ungkapnya. 

Wayang sebagai salah satu warisan tertua di Indonesia dapat terus hidup dalam benak masyarakat hingga saat ini. Hal itu dikarenakan wayang telah menyatu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Pengadaptasian kisah wayang dalam sebuah naskah film akan terasa mudah karena konstruksi naskah seperti ide ataupun latar dari kisah wayang telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia sendiri. 

Selain itu, Lutfi juga menegaskan bahwa ideologi dalam sebuah kisah wayang dapat mengikuti perkembangan zaman. “Mengapa wayang bisa hidup sampai saat ini itu karena kelenturan dia untuk bisa diterima semua kalangan. Nyatanya sampai hari ini ketika ranah digital itu masuk, wayang masih bisa masuk,” jelasnya. 

Lutfi menerangkan bahwa tahapan menulis skenario film berdasarkan kisah wayang dimulai dari ide cerita. Setelah menemukan ide yang ingin diangkat, perlu untuk dibuat sebuah ringkasan kecil. Langkah selanjutnya adalah dengan menentukan tokoh yang ingin diperjuangkan, barulah ditentukan rangkaian peristiwanya. 

“Tentu dalam dunia film jadi lebih imajinatif dalam bayangan saya. Tidak bisa sebagaimana novel yang kemampuan baca referensinya itu diutamakan, tapi kalau film visualisasinya yang diutamakan,” pungkasnya. 

Kegiatan pengabdian masyarakat ini mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 11, yaitu Sustainable Cities and Communities

Penulis: Arina Nida