Universitas Airlangga Official Website

Puisi, Prestasi, dan Perjalanan Verani Rayya

Potret Verani Rayya saat memenangkan perlombaan.

FIB NEWS- Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia kembali mengharumkan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (FIB UNAIR) melalui prestasinya di bidang  sastra. Verani Rayya Widyastuti, berhasil meraih Juara 2 dalam Lomba Cipta Puisi Yoters  Jember 2025. Puisi bertajuk “Perayaan Cinta Pada Pemain Utama” yang telah mengantarkannya ke podium juara.

Dalam wawancara yang dilakukan, Verani menjelaskan bahwa puisinya merupakan bentuk refleksi atas pengalaman  pribadi. Menurutnya, ada kepedihan yang mendalam ketika seseorang rela mengorbankan kebahagiaannya demi orang lain, tapi terabaikan. Dari sanalah lahir gagasan bahwa mencintai diri sendiri adalah bentuk paling utama dari keberanian dan penyembuhan.

“Puisi ini mengisahkan tentang kecintaan terhadap diri sendiri. Bahwa sebelum mencintai orang lain, kita perlu menyelamatkan dan mencintai diri kita terlebih dahulu,” ujarnya.

Ia menulis puisi itu dalam waktu satu hari, melalui tiga kali revisi. Meski waktu penulisan tergolong singkat, prosesnya tidaklah mudah. Verani mengaku menghadapi tantangan emosional yang cukup berat, mengingat puisinya ditulis dari luka dan trauma pribadi.

“Saya menulis sambil menangis. Rasanya seperti mendemonstrasikan rasa sakit saya sendiri,” katanya.

Salah satu bagian puisi yang dianggap paling mencerminkan perasaannya adalah baris ketiga pada bait ketiga, yaitu “Pagelaran asmara akan ku buka selepas yang berisik dalam diriku telah tuntas.” Baginya, bait ini adalah pernyataan paling jujur bahwa dirinya tak akan mencintai siapapun sebelum ia benar-benar pulih dan mencintai dirinya sendiri.

“Bahwa saya tidak akan mencintai orang lain sebelum saya benar-benar berjanji dan membuktikan bahwa saya sudah mencintai diri saya dengan baik,” ungkapnya.

Kemenangan di ajang Yoters Jember ini bukanlah satu-satunya prestasi yang pernah ia raih. Sejak tahun 2022, Verani telah beberapa kali meraih prestasi di bidang puisi, esai, hingga artikel ilmiah. Lingkungan kampus dan para dosen berperan besar dalam mengasah kemampuan dan cara berpikirnya.

“Saya sangat berterima kasih kepada dosen-dosen Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, atas ilmu dan arahannya yang telah membentuk saya,” ungkapnya penuh hormat.

Bagi Verani, puisi adalah media validasi batin yang membebaskan. Ia menganggap puisi sebagai cara untuk merawat kewarasan dan menjadi uang rehabilitasi yang aman.

“Bagi saya, puisi adalah tempat paling jujur untuk mengungkapkan perasaan,” katanya.

Kemenangan ini juga mengubah cara pandangnya terhadap diri sendiri sebagai penulis. Ia kini merasa lebih percaya diri untuk terus menekuni dunia sastra, meski rencana masa depannya ia pilih tidak diungkap. Namun satu hal yang pasti, bahwa ia ingin tetap hidup bersama sastra dan  membagikannya kepada siapa pun yang ingin belajar.

“Kalau suara dari mulut kita tidak  didengar, maka suara dari jari kita harus dibaca. Karena satu puisi menyuarakan empat suara yaitu hati, kepala, mulut, dan tangan.” pesannya.

Prestasi Verani Rayya dalam menulis puisi  mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 4 yaitu Quality Education dan nomor 5  yaitu Gender Equality.

Penulis : Priska Dwita Aulia

Editor : Mohammad Adif Albarado