Universitas Airlangga Official Website

Rempah dan Warisan Budaya di Sisi Barat Laut Banda

Surabaya, 6 Juni 2024 – Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (FIB UNAIR) menggelar seminar nasional bertajuk “Sungai, Rempah, dan Jejak Peradaban Indonesia”. Acara ini berlangsung pada Kamis, 6 Juni 2024, mulai pukul 08.00 WIB hingga selesai di Ruang Siti Parwati, FIB UNAIR.

Pembicara

Seminar ini menghadirkan sejumlah pembicara, yaitu:

  1. Dr. Muslimin AR Effendi, Drs. M. Hum. – Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIII
  2. Dr. Sarkawi, S.S., M.Hum. – Universitas Airlangga
  3. Prof. Nawiyanto, M.A., Ph.D. – Guru Besar Sejarah Lingkungan Universitas Jember
  4. Dr. La Ode Rabani, S.S., M.Hum. – Universitas Airlangga
  5. Eni Sugiarti, S.S., M.Hum. – Universitas Airlangga
  6. Ikhsan Rosyid Mujahidul Anwari, S.S., M.A. – Universitas Airlangga

Fokus Pembahasan: Rempah dan Warisan Budaya

Dr. La Ode Rabani, salah satu pembicara utama, membahas mengenai “Rempah dan Warisan Budaya di Sisi Barat Laut Banda”. Beliau merupakan staf pengajar pada Program Studi Ilmu Sejarah FIB UNAIR. Diskusi ini mencakup sejarah dan peran penting rempah dalam peradaban Indonesia, khususnya di wilayah sisi barat laut Banda seperti Wangi-Wangi, La Salimu, Pasarwajo, dan Kulisusu.

Jenis Rempah dan Pengaruhnya

Jenis rempah yang dibahas meliputi cengkeh, pala, kemiri, jahe, lengkuas, kunyit, dan sejenisnya. Dr. La Ode menjelaskan bagaimana rempah-rempah ini bukan hanya memiliki nilai ekonomis tinggi, tetapi juga memainkan peran penting dalam perkembangan budaya dan peradaban.

Fakta tentang Kebijakan Pelayaran Hongi

Dr. La Ode juga mengulas kebijakan Pelayaran Hongi yang memengaruhi harga dan pasokan rempah. Wilayah sisi barat laut Banda dikenal sebagai salah satu pusat rempah di luar produsen utama. Kebijakan ini bertujuan untuk mengontrol distribusi dan mempertahankan monopoli rempah oleh kekuasaan kolonial pada masa itu.

Posisi Rempah pada Abad XVII – XVIII

Pada abad XVII hingga XVIII, rempah-rempah menjadi komoditas yang paling dicari karena fungsinya yang beragam. Perebutan jalur rempah bahkan memicu perang, yang dikenal sebagai perang rempah. Jalur rempah ini menjadi saksi dari berbagai peradaban dan warisan budaya yang berkembang di sepanjang jalurnya.

Produk Peradaban dan Warisan Budaya

Jalur rempah menghasilkan berbagai produk peradaban dan warisan budaya, seperti agama yang beragam, budaya kuliner yang kaya, tanaman medis, logistik tumbuhan, pelabuhan, perahu, serta perkembangan kota-kota pantai dan pelabuhan. Wilayah ini juga dikenal sebagai “Negeri Seribu Benteng” karena banyaknya benteng sebagai simbol pertahanan.

Catatan Penutup

Dr. La Ode menutup presentasinya dengan menyatakan bahwa rempah telah menjadi komoditas yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Menguasai rempah dan jaringannya berarti menguasai sebagian besar kehidupan ekonomi, budaya, dan politik. Sisi barat laut Banda terlibat aktif dalam perdagangan global dan politik akibat kedekatannya dengan pusat produsen rempah.

Seminar nasional ini diharapkan dapat menambah wawasan peserta mengenai pentingnya rempah dalam sejarah peradaban Indonesia serta mendorong pelestarian warisan budaya bangsa.