Universitas Airlangga Official Website

Ubah Limbah Peternakan Menjadi Bahan Bakar Alternatif Rumah Tangga, Mahasiswa FIB Unair Raih Penghargaan Top 3 International Innovation Challenge

Sesi presentasi project bersama investor (Sumber: dokumentasi pribadi peserta)

Seperti yang kita tahu, global warming merupakan salah satu permasalahan yang saat ini dihadapi oleh manusia. Pemanasan global di atmosfer dapat disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dari kegiatan antropogenik. Hal ini lah yang mengantarkan kedua mahasiswa universitas Airlangga yang dimana salah satunya berasal dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) mencanangkan gagasan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Pada Jum’at (8/7/2022), Aidatul Fitriyah atau yang biasa disapa sebagai Afriya mengikuti sebuah kompetisi inovasi internasional yang diselanggarakan oleh Prokompas, Research Synergy Foundation, dan Macquarie University – Australia. Kompetisi ini dilakukan secara virtual.

Dalam kompetisi ini Afriya dan tim menggagaskan suatu inovasi yaitu limbah pertenakan sapi menjadi bahan bakar rumah tangga yang mengandung karbon dioksida berimisi rendah. Alasan mereka menggunakan kotoran sapi adalah karena kotoran sapi merupakan salah satu elemen penyumbang gas rumah kaca terbesar. Sehingga proyek mereka ini tidak hanya menghasilkan inovasi energi alternatif tetapi juga mengatasi permasalahan rumah kaca.

Menurut Afriya, kompetisi ini dibagi menjadi dua tahapan yang terdiri dari babak penyisihan dan babak final. Pada tahap penyisihan Afriya dan partnernya, Azhar (Mahasiswa SIKIA Banyuwangi) mengirimkan sebuah video presentasi proyek inovasi dan poster yang memaparkan gambaran alur proyek mereka. Dari tahap ini akan dipilih sebanyak 10 peserta dari masing-masing kategori (student category dan professional category) untuk maju memperebutkan babak final. Dan kemudian dari babak final akan dipilih tiga inovasi terbaik dari masing-masing kategori untuk melakukan coaching bersama para investor yang akan mendanai proyek mereka.

“Jujur aku sebenernya udah pesimis banget, sepertinya gak akan menang deh. Soalnya waktu itu aku ngajak partnerku ikut lomba ini mendadak banget kurang dari sehari deadline, dan karena kami sama-sama sibuk kami hanya memiliki waktu sepuluh jam untuk mengerjakannya”, tuturnya.

Afriya mengaku ia tidak menyangka jika akan lolos hingga tahap tiga besar, mengingat pengerjaan proyek untuk lomba tersebut dengan waktu yang singkat. Namun, siapa sangka ternyata proyek inovasi mereka mendapatkan respon positif dari para juri dan investor. Sehingga mereka mendapatkan penghargaan sebagai 1st runner up. Walaupun belum menjadi grand winner, kedua mahasiswa tersebut bersyukur atas kerja keras mereka.

Oleh karena itu, Afriya selalu memberikan usaha yang terbaik di setiap kompetisinya. “Walaupun aku udah pasrah, tapi aku sebisa mungkin untuk memberikan hasil yang maksimal. Bahkan aku gak tidur biar proyek ini selesai tepat waktu” ungkapnya.

Afriya juga menambahkan bahwa jangan pernah takut mencoba dan gagal. Ia berharap agar proyeknya dapat berjalan dengan lancar dan mampu memberikan manfaat pada seluruh lapisan masyarakat.

Penulis: Nur Hidayati