Universitas Airlangga Official Website

Pemanfaatan Limbah Organik Menjadi Budidaya Maggot Lalat BSF DKPP Surabaya Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Setempat

Ternak maggot merupakan salah satu program peternakan milik Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah. Dengan memanfaatkan limbah yang semestinya dibuang kemudian diolah kembali menjadi pakan untuk maggot sehingga menjadi hal yang menghasilkan. Terletak di daerah Tambak Wedi, usaha ini menggerakkan serta mengerjakan adalah warga Tambak Wedi yang berpenghasilan rendah demi meingkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Maggot yang dibudidayakan adalah maggot lalat BSF (Black Soldier Fly). Maggot tersebut dijual dengan harga Rp 5.000 per kilogram dan untuk sementara ini mampu memproduksi maggot sebanyak 100 kilogram.

Budidaya maggot dimulai dengan melakukan perkawinan antar indukan lalat BSF didalam suatu wadah yang dilapisi jaring dengan celah yang sempit. Telur BSF ini kemudian ditetaskan pada media hatchery yang berbahan dasar kayu untuk lalat bertelur, dan lalat betina akan mati setelah bertelur. Telur lalat akan menetas setalah ±23 jam dan anakan maggot akan hidup dalam wadah hatchery selama 5 – 7 hari, dihitung setelah telur menetas. Setelah ukuran mencapai 3 – 4 cm, maka maggot sudah siap untuk dipindah ke dalam reactor atau biopond. Biopond adalah tempat larva maggot akan menghabiskan sampah organik, biopond bisa berupa wadah yang memiliki sistem drainase dengan mengalirkan cairan yang dihasilkan oleh maggot ke lokasi yang lain untuk dimanfaatkan cairannya, aktivitas dalam reaktor hanya memberi media pakan kepada maggot setiap hari, maggot tidak menyukai cahaya, sehingga harus diberi tutup tambahan apabila reaktor terlalu terang. Maggot dapat dipanen untuk dijual saat berumur 15- 20 hari.

Penulis: Tasya Nadia, S.KH