Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan terkait kerusakan aktual dan potensial atau yang digambarkan oleh kerusakan itu sendiri. Menurut Dr. Hanik Badriyah Hidayati, dr. SpN, Subsp. NN-NK, dosen neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) dan RSUD Dr. Soetomo Surabaya, nyeri merupakan alasan terbanyak pasien mencari dokter (pertolongan medis).
“Nyeri sebenarnya pada awalnya memiliki peran penting sebagai pelindung tubuh dari kerusakan yang luas. Misalnya saat kaki kita menginjak bara api maka kaki kita mengenali intensitas stimulus yg berpotensi membahayakan dengan merasakan adanya panas bara api dan otomatis kaki kita akan segera melakukan gerakan mengangkat untuk melindungi tubuh dengan menghindari bara api tersebut. Hal ini tentu untuk mencegah kerusakan yang lebih luas. Ada kalanya nyeri terjadi selama berbulan-bulan dan kehilangan fungsi protektifnya, pasien menjadi terganggu aktivitas hariannya, bahkan sampai mengalami gangguan tidur, cemas, dan depresi. Inilah yang disebut nyeri patologis, nyeri yang sudah mengganggu, yang perlu diobati” kata dr. Hanik saat menjadi narasumber platform Kesehatan Docquity, Minggu (16/7/2023).
Nyeri Punggung Bawah
Lebih lanjut, dr. Hanik yang merupakan konsultan nyeri dan nyeri kepala menjelaskan bahwa secara umum nyeri bisa terjadi di mana saja, mulai kepala, leher, bahu, lengan atas, punggung bawah, paha, pantat, lutut, kaki, dll. Nyeri pungung bawah merupakan kasus paling banyak di antara semua jenis nyeri kronik non kanker.
“Secara definisi nyeri punggung bawah adalah nyeri yang terjadi di antara bawah batas tulang rusuk dan lipatan pantat, dengan atau tanpa disertai dengan penjalaran pada tungkai (ekstrimitas bawah)”.
Diagnosis dan Pengobatan Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung bawah, sambungnya, bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti: nyeri sendi facet, nyeri sendi sakro iliaka, hernia nukeus pulposus (banyak dikenal dengan istilah saraf kejepit). Infeksi dan keganasan di area vertebra (tulang punggung) juga bisa menyebabkan nyeri punggung bawah. Batu saluran kemih juga bisa menjadi penyebab nyeri punggung bawah, hal ini bisa terjadi karena nyeri bisa berupa referred pain (nyeri rujukan, yaitu nyeri yang berasal dari tempat lain)” ujar dokter yang berpraktek di Graha Amerta RSUD Dr. Soetomo, RS Mitra Keluarga Satelit dan RS Wijaya Wiyung Surabaya.
Dr. Hanik lebih lanjut menambahkan bahwa dalam mendiagnosis nyeri punggung bawah tidak selalu memerlukan pemeriksaan neuroimaging (misal: foto X-ray) di hari-hari pertama pengobatan. Secara umum, 6-8 minggu pertama nyeri punggung bawah tidak memerlukan pemeriksaan X-ray, kecuali jika ditemukan adanya red flags (tanda bahaya) seperti usia <20 tahun atau >50 tahun, ditemukan adanya defisit neurologi fokal seperti kelemahan tungkai, adanya riwayat trauma seperti kecelakaan lalu lintas, riwayat penggunaan kortikosteroid jangka panjang, dll”.
Dokter spesialis saraf konsultan nyeri dan nyeri kepala itu lebih lanjut mengatakan, “Diagnosis yang berbeda akan menentukan terapi yang berbeda. Pengobatan yang dipilih didasarkan atas diagnosis yang telah ditegakkan. Ketepatan dan kecepatan diagnosis merupakan kunci utama dalam menangani kasus nyeri punggung bawah”.
Nyeri punggung bawah, sambungnya, bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti: nyeri sendi facet, nyeri sendi sakro iliaka, hernia nukeus pulposus (banyak dikenal dengan istilah saraf kejepit). Infeksi dan keganasan di area vertebra (tulang punggung) juga bisa menyebabkan nyeri punggung bawah. Batu saluran kemih juga bisa menjadi penyebab nyeri punggung bawah, hal ini bisa terjadi karena nyeri bisa berupa referred pain (nyeri rujukan, yaitu nyeri yang berasal dari tempat lain)” ujar dokter yang berpraktek di Graha Amerta RSUD Dr. Soetomo, RS Mitra Keluarga Satelit dan RS Wijaya Wiyung Surabaya.
Pada akhirnya, dr. Hanik menyebutkan bahwa, “Pasien nyeri punggung bawah diminta agar tetap aktif bergerak (senyampang mampu). Pengobatan nyeri punggung bawah secara umum memerlukan dukungan dari banyak pihak, bersifat multilmodal, dan perlu pendekatan holistik (menyeluruh). Pilihan pengobatannya mulai dari obat minum oral, pengobatan intervensi nyeri, atau pembedahan. Kerja sama dengan ahli nutrisi (mengatur pola makan untuk mendapatkan berat badan seimbang), pengobatan gangguan tidur, cemas, dan atau depresi yang dialami pasien juga diperlukan” ulas dr. Hanik.
Penulis: Hanik Badriyah Hidayati, Ahmad Nur Fikri Abror.