Universitas Airlangga Official Website

Hari Kedua Pelaksanaan HCD, Peserta Aktif Berdiskusi Mengenai Tantangan Dalam Peningkatan Cakupan Imunisasi Pada Pondok Pesantren

FKM NEWS – Hari kedua pelaksanaan kegiatan Strategi Peningkatan Cakupan Imunisasi Pada Pondok Pesantren diisi oleh materi mengenai tahapan metode Human Centered Design (HCD) dan praktik untuk peserta. Kegiatan yang terselenggara atas adanya kerjasama Geliat Airlangga dengan UNICEF dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur ini menghadirkan beberapa perwakilan dari pondook pesantren pada empat Kabupaten sasaran Provinsi Jawa Timur yakni Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Bangkalan.

Narasumber pertama yaitu Dr. Ratna Dwi Wulandari, S.KM., M.Kes memberikan materi mengenai peta perjalanan, pemilihan tema dan panduan diskusi yang kemudian dilanjutkan oleh Kurnia Dwi Artanti, dr., M.Kes yang memberikan materi tentang penyelidikan cepat dan analisis data sebagai lanjutan hari pertama tentang tujuan dan persona HCD.

Setelah pemaparan materi dari narasumber, peserta diajak untuk mempraktekkan secara langsung tahapan-tahapan HCD yang dipandu oleh tim imunisasi Geliat Airlangga untuk menggali permasalahan yang mempengaruhi program imunisasi khususnya di masyarakat pondok pesantren dan menggali potensi atau ide yang bisa ditawarkan sebagai alternatif solusinya.

Dalam diskusi yang dipandu oleh tim Geliat Airlangga, peserta dari ketiga pondok pesantren berdiskusi dalam satu tim dengan sangat interaktif. Setelah berdiskusi, masing-masing perwakilan kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Harapan dari diskusi yang dilakukan yaitu para peserta dapat saling berbagi tentang pengalaman atau yang dialami masing-masing pondok pesantren terkait pemahaman atau penerimaan imunisasi di masyarakat pondok pesantren.

Dari diskusi yang telah dilakukan, ditemukan beberapa permasakahan di antaranya yaitu terdapat masyarakat pondok pesantren yang belum memahami manfaat imunisasi dan termakan dengan isu hoaks terkait vaksin. Misalkan vaksin bisa membahayakan karena menyebabkan kecacatan atau kematian. Padahal kemungkinan terjadinya kejadian tersebut bisa saja kebetulan karena bersamaan, tetapi sebtulnya bukan karena vaksin melainkan ada faktor lain. Hal ini sebetulnya pasti akan dilakukan investigasi lebih lanjut pada kasus-kasus khusus seperti itu dan akan disampaikan kepada masyakat, tetapi nampaknya hoaks lebih cepat menyebar dan mengeneralisasi. Sehingga edukasi perlu dilakukan untuk masyarakat atau pengasuh/pengelola pondok pesantren.

Isu lain yg muncul dan dikemukakan adalah masalah halal dan haram vaksin. Apalagi dengan adanya kondisi pandemi Covid-19, berita terkait vaksin yang haram yang menggunakan unsur babi didalam prosesnya cepat menyebar padahal sebelum pandemi Covid-19 penerimaan vaksin masih bagus dan masyarakat pondok pesantren serta sekitarnya rutin mendapatkan vaksin sesuai dengan sasaran imunisasi.

Ketiga pondok pesantren menyatakan bahwa di dalam podok pesantren tidak disediakan layanan imunisasi tetapi membebaskan masyarakat mau divaksin atau tidak yang dilakuakan di luar pondok pesantren.

Peserta sangat antusias serta merasakan manfaat setelah mengikuti serangkaian kegiatan yang diadakan oleh Geliat Airlangga yang bekerjasama dengan UNICEF dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mengenai strategi  peningkatan cakupan imunisasi pada pondok pesantren. Menurut mereka kegiatan ini dapat membuka wawasan tentang pentingnya imunisasi untuk meningkatkan status kesehatan anak.

 

Penulis: Ambarsih Prameswari