FKM NEWS – Sabtu, 10 Juni 2023 mahasiswa S2 Kesehatan Lingkungan Universitas Airlangga bertolak ke RSUD Dr Soetomo untuk melaksanakan kunjungan lapangan. Kegiatan ini diikuti oleh 19 mahasiswa dan 2 dosen dari Departemen Kesehatan lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yaitu Dr. Lilis Sulistyorini, Ir., M.Kes selaku Kepala Departemen Kesehatan Lingkungan dan Dr. R. Azizah., SH., M.Kes selaku KPS S2 Kesehatan Lingkungan. Mahasiswa disambut dengan baik oleh Bapak Suhariono, ST, MM, M.KL selaku koordinator sanitasi RSUD Dr. Soetomo.
RSUD Dr. Soetomo saat ini tengah melakukan upaya mengurangi timbulan sampah organik di rumah sakit. Hal ini mengacu pada SDGs dimana pada tahun 2030, secara substansial dapat mengurangi produksi limbah melalui pencegahan, pengurangan, daur ulang, dan penggunaan kembali. Inovasi yang dilakukan oleh RSUD Dr. Soetomo adalah budidaya Black Soldier Fly (BSF). Produk yang dihasilkan dari budidaya BSF yaitu KasGot atau bekas maggot. KasGot adalah suatu pupuk organik yang dihasilkan dari sisa-sisa makanan larva BSF. Pada fase baby larva dan larva dewasalah yang akan menghasilkan KasGot. Produksi pupuk KasGot hanya membutuhkan waktu sekitar 2 minggu daripada pembuatan kompos secara fermentasi yang paling tidak membutuhkan waktu 3 minggu. KasGot dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena mengandung unsur nitrogen, fosfor, dan kalium.
Koordinator sanitasi di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Suhariono, menjelaskan bahwa pupuk KasGot dihasilkan dari sisa makanan larva Black Soldier Fly (BFS) yang dikumpulkan dari sampah organik yang ada di rumah sakit. Budidaya BSF yang dilakukan di RSUD Dr Soetomo tidak menimbulkan bau karena menggunakan treatment yang benar. “Kalau kita salah treatment penanganan, biasanya mengolah sampah seperti ini akan menimbulkan bau. Karena kita di rumah sakit benar-benar harus bagus mengolahnya” imbuhnya.
Jenis sampah organik yang cocok untuk diberikan kepada larva BFS adalah sisa makanan yang mengandung banyak protein. Maggot akan menghasilkan KasGot dengan protein yang tinggi apabila diberikan makanan daging. Sisa makanan di rumah sakit yang sering diberikan ke larva BSF adalah roti dan buah-buahan. “Semakin tinggi kadar protein pada makanan yang diberikan kepada larva BSF, semakin tinggi pula kandungan zat hara yang akan dihasilkan dalam KasGot” jelasnya.
Selain maggot atau larva BSF yang dapat bermanfaat untuk menghasilkan KasGot, lalat BSF dewasa akan mati dalam kurun waktu sekitar 7 hari atau setelah kawin. Lalat BSF dewasa yang sudah mati dapat dijadikan sebagai atraktan karena kandungan protein yang ada pada lalat BSF dewasa yang sudah mati sangat tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk produk lain.
Inovasi pembuatan KasGot yang dilakukan oleh RSUD Dr. Soetomo ini selain dapat mengurangi timbulan sampah dan menghasilkan pupuk organik dengan zat hara yang tinggi, juga dapat mendatangkan keuntungan. KasGot dapat diperjual belikan dan menambah pemasukan dari bidang sanitasi walaupun jumlah yang didapatkan tidak banyak dan belum bisa memenuhi permintaan KasGot dalam jumlah yang besar.
Penulis : Namira Kholifatul Pramudinta (296221010)