Universitas Airlangga Official Website

ChatGPT: Anugerah atau Bencana di Era Industri 4.0?

FTMM NEWS – Pada 30 November 2022, sistem chatbot berbasis kecerdasan buatan bernama ChatGPT diluncurkan sebagai prototipe, dan secara cepat mendapatkan perhatian oleh masyarakat internasional karena kemampuannya untuk memahami dan memproses ucapan manusia menggunakan teknologi pembelajaran serta algoritma GPT.

ChatGPT adalah bagian dari startup OpenAI dan merupakan teknologi yang menerapkan Artificial Intelligence (AI) yang sangat maju. Didirikan oleh Sam Altman dan Elon Musk, chatbot tersebut bisa digunakan layaknya komunikasi antarindividu dalam aplikasi pesan daring seperti halnya chatbot pada umumnya. Perbedaan yang mencolok dari AI ChatGPT yaitu mampu memberikan percakapan yang mudah dipahami dibandingkan teknologi lain karena kemampuan menganalisis bahasa baik lisan maupun tulisan. Hal tersebut sangat berbeda dengan chatbot biasa yang hanya bisa menjawab pertanyaan yang sudah diprogramkan.

Berdasarkan analisis data dari firma data Similarweb, pada awal dua bulan semenjak rilisnya, ChatGPT mencapai lebih dari 100 juta pengguna. Keberadaan ChatGPT bisa dibilang menandingi bahkan melampaui kemampuan mesin penelusur informasi Google karena kemampuannya dalam merangkai jawaban sesuai apa yang dimintai oleh pengguna, dengan mengais data dari internet dan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam.

Merespon banyaknya pro dan kontra ini, Elon Musk merespon dengan menyatakan AI menjadi salah satu risiko terbesar untuk masyarakat di masa depan. Ungkapan ini disampaikan kepada para hadirin di acara World Government Summit 2023 di Dubai, Uni Emirat Arab.

“Bisa positif ataupun negatif dan mempunyai kemampuan hebat yang sangat amat menjanjikan yang disertai dengan ancaman bahaya yang besar,” jelas Elon.

Salah satu kontra yang dikemukakan adalah bagaimana ChatGPT bisa membuat artikel ilmiah dan nyaris tidak terlihat perbedaannya dengan artikel ilmiah buatan manusia. Hal tersebut membuat lapisan masyarakat salah satunya di kalangan akademisi untuk memanfaatkan chatbot canggih tersebut sebagai alat untuk mengerjakan tugas-tugas esai  secara otomatis. Bahkan, baru-baru ini ChatGPT mampu lulus ujian pascasarjana lanjutan di University of Minnesota Law School, walaupun tidak dengan skor luar biasa.

Meskipun berpotensi besar mengubah bagaimana teknologi digital berkembang di era Industri 4.0 seperti saat ini, ChatGPT tidak serta merta merupakan sebuah ancaman. Pemanfaatan yang tepat dapat mendongkrak perkembangan teknologi seperti menggali ilmu secara gratis serta meningkatkan efisiensi pekerjaan dengan menggunakan AI untuk menyelesaikan pekerjaan berulang.(naf/and)

Kontributor: Naufal Anwar Farras Mahasiswa Prodi Teknik Elektro