VOKASI NEWS – Cuaca yang tidak stabil saat ini menjadi penyebab peningkatan kasus DBD (Demam Berdarah Dengue) di Indonesia.
Data dari KEMENKES tercatat sebanyak 16.000 kasus di 123 Kabupaten. Data ini diikuti dengan angka kematian mencapai 124 kasus di Indonesia per 1 Maret 2024 lalu. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus dengue karena gigitan nyamuk Aedes aegypti. Dimana persebaran nyamuk ini banyak ditemukan di negara tropis dan sub tropis. Memiliki empat serotipe yaitu DEN1, DEN2, DEN3, dan DEN4, di Indonesia ditemukan ke-4 serotipe tersebut. Semakin banyak serotipe yang ditemukan maka kemungkinan seseorang terinfeksi DBD berulang semakin tinggi dan meningkatkan keparahan penyakit.
Gejala Pada Kasus DBD
Demam Berdarah Dengue dibedakan menjadi tiga bentuk klinis yaitu Dengue Fever (DF), Dengue Hemoragic Fever (DHF), dan Dengue Syok Syndrom (DSS). Gejala yang dialami disetiap klinis berbeda. Pada DF gejala yang dialami adalah demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, ruam kulit, dan nyeri perut. Gejala DHF hampir sama dengan DF. Namun, pada DHF terdapat tanda-tanda perdarahan seperti petekie, purpura, mimisan, perdarahan pada gusi, dan darah pada muntahan. Sedangkan gejala yang terjadi pada DSS merupakan lanjutan dari DHF. Akan tetapi pada DSS ditemukan tanda-tanda syok seperti penurunan tekanan darah, nadi cepat dan lemah, serta penurunan kesadaran yang dapat mengancam nyawa apabila tidak segera dilakukan penanganan.
Diagnosis Laboratorium Pada Kasus DBD
Pemeriksaan laboratorium pada penyakit DBD terdiri dari beberapa tes yang digunakan sebagai diagnosis dan memantau kondisi dari pasien. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah hitung jumlah Trombosit dan Leukosit (mengalami penurunan pada kasus DBD), Hematokrit (mengalami peningkatan merupakan tanda fase kritis). Kemudian terdapat tes serologi yang dapat dilakukan yaitu NS1 Antigen untuk diagnosis dini DBD, IgM dan IgG Anti dengue untuk mendeteksi jenis infeksi dengue termasuk pada infeksi primer atau infeksi sekunder, dan Tes PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mendeteksi materi genetik virus dengue.
Pencegahan Dan Pengendalian Terhadap Kasus DBD
Pencegahan dan pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka kasus DBD adalah dengan mencegah terkena gigitan nyamuk. Kemudian mencegah penyebaran dan perkembangbiakan vektor utama yaitu nyamuk Aedes aegypti. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan beberapa langkah. Langkah ini meliputi gerakan 3M (Menguras, Mengubur, dan Menutup), penyemprotan insektisida (foging) secara berkala, pemasangan kelambu, penggunaan lotion anti nyamuk, tidak menggantung pakaian, serta mengetahui jam aktif nyamuk Aedes Ageypti menggigit yaitu pada pukul 08:00-12:00 dan 15:00-17:00 sehingga dapat dilakukan perlindungan yang extra pada waktu tersebut.
BACA JUGA : Influencer Marketing 2.0: Kekuatan KOL untuk Meningkatkan Brand Awareness
***
Penulis : Icha Candra Lestanti
Editor : Maulidatus Solihah