/*! elementor – v3.7.8 – 02-10-2022 */
.elementor-widget-text-editor.elementor-drop-cap-view-stacked .elementor-drop-cap{background-color:#818a91;color:#fff}.elementor-widget-text-editor.elementor-drop-cap-view-framed .elementor-drop-cap{color:#818a91;border:3px solid;background-color:transparent}.elementor-widget-text-editor:not(.elementor-drop-cap-view-default) .elementor-drop-cap{margin-top:8px}.elementor-widget-text-editor:not(.elementor-drop-cap-view-default) .elementor-drop-cap-letter{width:1em;height:1em}.elementor-widget-text-editor .elementor-drop-cap{float:left;text-align:center;line-height:1;font-size:50px}.elementor-widget-text-editor .elementor-drop-cap-letter{display:inline-block}

SURABAYA – HUMAS |Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga berkomitmen untuk mendorong para dosen menjadi guru besar. Hal itu disampaikan oleh Prof. Dr. Bagong Suyanto, Drs., M.Si. selaku dekan FISIP Unair saat diwawancarai via WhatsApp pada 28 Oktober 2022.

 

FISIP Unair sangat menjunjung tinggi kesetaraan di mana tidak ada perbedaan tanggung jawab antara dosen laki-laki dan dosen perempuan. Dilansir dari situs FISIP Unair, terdapat 13 guru besar yang terdiri dari tujuh guru besar laki-laki dan enam guru besar perempuan. Prof. Bagong bependapat bahwa proporsi antara dosen laki-laki dan dosen perempuan tidaklah penting karena pihak fakultas hanya mengusulkan siapa saja yang dianggap layak untuk menjadi guru besar.

 

Untuk merealisasikan komitmennya, FISIP Unair membuat program percepatan guru besar. “Program percepatan guru besar ditawarkan untuk memfasilitasi dosen agar bisa memenuhi syarat khusus, yaitu jurnal internasional,” kata Prof. Bagong. “Biasanya para dosen yang diusulkan untuk menjadi guru besar akan diikutkan pelatihan, writing retreat, dikirim ke Melbourne untuk menulis dan sebagainya. Di luar itu, FISIP Unair tentu akan membantu para dosen untuk melakukan pemberkasan digital,” sambung Prof. Bagong.  

 

Prof. Bagong juga menambahkan bahwa program percepatan guru besar ini akan dilaksanakan selama 5 tahun jabatan dekanat. Selain itu, karena saat ini usulan guru besar dilakukan secara daring maka semua berkas yang dikirim pun berupa dokumen digital. “Guru besar nantinya diharuskan untuk membantu koleganya untuk sama-sama menjadi guru besar dan berkonstribusi untuk masyarakat,” tutup Prof. Bagong mengakhiri wawancara.

 

Artikel ini merefleksikan nilai SDGs ke-4 Quality Education dan ke-5 Gender Equality (AS).