SURABAYA–ADM WEB | Hari kedua pemeran peristiwa Mei 1998 tampak ramai dikunjungi oleh mahasiswa, terutama mahasiswa FISIP UNAIR. Pameran yang diadakan pada Rabu (24/5/2023) di Museum Etnografi ini memiliki tajuk “Yang (Tak Pernah) Hilang Dalam Memori Kolektif”. Departemen Antropologi sebagai inisiator pameran menggandeng komunitas Kawan Herman Bimo untuk memperingati 25 tahun reformasi yang terjadi pada 1998 silam.
Para pengunjung dapat melihat beberapa dokumentasi berupa foto yang ditampilkan di koridor museum, mulai dari foto aksi massa yang dipelopori oleh Herman dan Bimo sampai berita hilangnya Herman dan Bimo. Selain itu, para pengunjung juga dapat mengobrol santai dengan anggota komunitas Kawan Herman Bimo sekaligus saksi hidup peristiwa Mei 1998.
Pameran sebagai Media Memorialisasi
Dandik Katjasungkana, salah satu anggota komunitas Kawan Herman Bimo berpendapat bahwa pameran yang diadakan pada Rabu lalu bertujuan sebagai media memorialisasi bagi publik. “Memorialisasi ini adalah sebuah pengingat kepada publik bahwa pernah terjadi pelanggaran HAM yang berat selama berdirinya Republik Indonesia. Selain itu, pameran ini juga diadakan agar mahasiswa sekarang yang sebagian besar lahir setelah reformasi untuk menjadikan fenomena Mei 1998 sebagai pembelajaran,” terang Dandik.
Dua mahasiswa FISIP UNAIR, Herman Hendrawan, mahasiswa Ilmu Politik Angkatan 1990 dan Petrus Bima Anugerah, mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 1993 turut menjadi korban penculikan oleh rezim Orde Baru. “Dua teman kami yang hilang pada Mei 1998 lalu menjadi bukti bahwa kebebasan yang kita nikmati sekarang tidak datang cuma-cuma, tetapi harus ada nyawa, darah, dan air mata yang menjadi bayarannya,” lanjut Dandik.
Pameran yang membawa tema “Yang (Tak Pernah) Hilang Dalam Memori Kolektif” bukan tanpa alasan. Menurut Dandik, salah satu racun bagi perkembangan bangsa adalah amnesia sejarah. “Masyarakat tidak bisa belajar dari peristiwa masa lalu jika masyarakat melupakan sejarah,. Tidak mungkin sebuah peradaban bangsa menjadi lebih setara dan humanis apabila masyarakatnya tidak belajar dari masa lalu,” imbuh Dandik.
Pesan kepada Mahasiswa Sekarang
Dalam wawancara, Dandik juga memberikan pesan kepada para mahasiswa aktif UNAIR yang lahir di era setelah reformasi agar terus mengingat perjuangan dari para pahlawan Reformasi. Para pahlawan reformasi tidak hanya meluangkan waktu dan tenaga, tetapi juga nyawa agar masyarakat dapat menikmati demokrasi yang telah dibungkam oleh rezim Orde Baru. “Perjuangan mereka harus selalu diingat sebagai sebuah memori yang tidak akan pernah hilang dalam memori masyarakat,” pungkas Dandik.
Artikel ini merefleksikan nilai SDGs ke-4 Quality Education (AS).