Universitas Airlangga Official Website

Kolaborasi Bioskop Online x FISIP UNAIR Dalam Jelajah Sinema Indonesia

Surabaya – Humas | Departemen Komunikasi FISIP UNAIR berkolaborasi dengan Bioskop Online menyelenggarakan program edukasi perfilman bertajuk “Antar Kota Antar Sinema” pada Sabtu (25/02/2023). Kegiatan yang diselenggarakan di Aula Soetandyo, FISIP UNAIR tersebut dikemas dalam bentuk workshop dan talkshow dengan mengundang dua narasumber dengan sejumlah pengalaman dalam dunia perfilman. Keduanya adalah Angga Dwimas Sasongko; Sutradara Film dan CEO Visinema Group serta Ajeng Parameswari yang merupakan President of Digital Business Visinema Group. 

Titik Puji Rahayu, S.Sos., M.Comm., Ph.D. selaku Kepala Departemen Komunikasi, FISIP UNAIR menyampaikan bahwa perfilman menjadi bidang kajian yang penting dan menarik bagi para mahasiswa. Terlebih lagi, kurikulum yang digunakan oleh Departemen Komunikasi UNAIR berkaitan erat dengan dunia industri. “Saya rasa ini sangat relevan dengan bidang kajian komunikasi yang kami kembangkan di Departemen Komunikasi UNAIR, kami mengajak mahasiswa untuk mempelajari teknis sinematografi dan kami juga menjadikan film sebagai bidang kajian,” ujarnya. 

Sesi pertama kegiatan dimulai dengan workshop yang mengangkat topik  “Film Personal juga bisa Popular.” Topik tersebut dilatarbelakangi oleh adanya pertentangan antara dua kategori dalam produksi film yang disebut, film idealis dan film komersial. Film idealis memiliki muatan yang kaya akan idealism pembuat sehingga produk film tidak bisa diterima dengan khalayak umum. Sementara film komersial memiliki bentuk dengan plot yang jelas dan bersifat naratif sehingga mudah diterima. Namun yang menjadi kebimbangan, film komersial sering dipandang klise. Angga Dwimas Sasongko selaku pembicara yang telah menggeluti dunia perfilman Indonesia membagikan perspektifnya mengenai bagaimana membuat film yang personal (idealis), tetapi tetap dapat dijual. 

Angga menceritakan tentang proses panjang yang pernah ia lalui dalam pembuatan film hingga mampu diterima dan melekat dalam diri penonton. Menurutnya, yang paling penting dalam pembuatan film bukanlah peralatan yang digunakan, melainkan kemampuan dalam membawakan cerita (story telling). “Apa yang kita lakukan bukan sekadar membuat film, tapi story telling bercerita dan gagasan utamanya adalah bagaimana cerita yang kita punya bisa dirasakan, dimengerti, dan dialami oleh orang lain yang menyaksikan film kita, tapi ternyata story telling itu tidak mudah,” ujar sutradara kondang tersebut. 

Menurutnya, dalam perjalanan produksi dan distribusi film tidak akan terlepas dari berbagai tantangan sehingga proses belajar sangat penting. Diperlukan pula pemahaman bahwa dalam berkarya, setiap orang bertanggung jawab atas hal-hal yang harus dilakukan. “Kita belajar dari proses, kita belajar dari pengalaman. Kita akan melakukan kesalahan dan kita akan belajar dari itu dan dari proses itu akan menghasilkan outcome yang lebih besar,” jelasnya. “Dalam proses berkarya itu is not about command, tapi responsibility,” imbuhnya. 

Dilanjut kegiatan talkshow pada sesi kedua, dengan mengangkat topik “Jalan Jauh Distribusi Film Hari Ini.” Dalam talkshow ini, dibahas permasalahan mengenai distribusi film untuk para filmmaker khususnya dikalangan generasi muda. Perkembangan pendistribusian film saat ini sudah berkembang pesat dengan adanya OTT. Menonton sudah menjadi kegiatan yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan pengalaman yang berbeda-beda. Sehingga suplai dalam pendistribusian film juga semakin beragam. “Masing-masing tempat punya suplainya masing-masing,” jelas Ajeng dalam talkshow.

Artikel ini mencerminkan nilai-nilai Sustainable Development Goals (SDGs) ke-4, Quality Education. (SAN/DAA).