SURABAYA – ADM WEB | Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan agenda pembangunan berkelanjutan dunia yang disusun oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat global. SDGs memiliki 17 tujuan dan 169 target pembangunan yang saling terintegrasi dan diharapkan dapat tercapai di tahun 2030. Prinsip utama SDGs berlaku secara universal dalam menjawab ketertinggalan pembangunan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun negara tertinggal. Universitas Airlangga (UNAIR) menjadi salah satu universitas di Indonesia yang berkontribusi aktif dalam mewujudkan program pembangunan berkelanjutan tersebut. Melalui SDGs Center UNAIR, 17 poin tujuan SDGs diturunkan kepada seluruh fakultas disesuaikan dengan karakteristik masing-masing fakultas.
Di tahun 2023, FISIP UNAIR yang dikenal sebagai kampus demokrasi yang menjunjung prinsip kesetaraan memperoleh tanggung jawab untuk melaksanakan SGDs ke-4 (Pendidikan Bermutu), ke-5 (Kesetaraan Gender), ke-16 (Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Kuat), dan ke-17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan). Rizky Sugianto Putri, S. Ant., M.Si, selaku Faculty Ambassador (FA) SDGs FISIP UNAIR menyebutkan bahwa setiap tahunnya terdapat target yang ditetapkan untuk beberapa poin SDGs yang telah didistribusikan oleh SDGs Center. “Pertahun itu ada kickoff SDGs tahunan dan masing-masing FA ditargetkan berapa banyak kegiatan di tahun itu, dan tahun ini kemungkinan (FISIP) naik, bisa 50 atau lebih,” ujarnya.
Menurut Rizky, berkaca pada tahun lalu capaian SDGs FISIP telah terlaksana dengan cukup baik bahkan melampaui target yang telah ditentukan. Capaian itu tidak dapat dipisahkan dari cara kerja FISIP dalam mengaitkan suatu kegiatan dengan poin SDGs. “Prinsip kerja kita di FISIP terutama di SDGs, apa pun kegiatan yang dilakukan itu bisa kita input di SDGs dan tidak melulu kita cari persyaratan-persyaratan di SDGs karena ketika kick off berlangsung SGDs Center akan melakukan monev untuk membahas,” ujarnya.
Hambatan yang dihadapi oleh FISIP dalam upaya mendorong SDGs adalah mengaitkan kegiatan dengan poin SDGs yang telah ditentukan karena ada kalanya kegiatan yang dilakukan oleh civitas akademika tidak memiliki korelasi dengan poin SDGs FISIP. “Kita tidak bisa mengendalikan aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen, jadi kita sendiri yang harus pintar-pintar untuk mengaitkan, kegiatan pengmas misalnya yang dilakukan oleh dosen atau departemen, itu dikulik-kulik apa kaitannya dengan poin SDGs yang ditentukan,” ujarnya. Hambatan lain menurut Rizky adalah terkait timeline, utamanya dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan di awal dan akhir tahun, sementara monev SDGs baru dilakukan di pertengahan tahun. “Kita agak kesulitan untuk minta kegiatan pengmas untuk dikaitkan dengan SDGs karena keduluan submission dari pengmas itu sendiri,” ujarnya.
Di akhir wawancara, Rizky menyatakan bahwa pencapaian SDGs UNAIR tidak lepas dari hasil kerja keras SDGs Center, Faculty Ambassador (FA), tim KIH atau KIDI dalam pemberitaan, hingga civitas akademika dari masing-masing fakultas. Ia juga berharap agar kegiatan yang dilakukan oleh civitas akademika ke depannya dapat lebih dikaitkan dengan poin SDGs yang diminta oleh SDGs Center.
Artikel ini mencerminkan poin ke-17 Partnerships of The Goals Sustainable Development Goals(SDGs) yang dicanangkan PBB. (SA).