SURABAYA – ADM WEB | Untuk mengembangkan kemampuan dan memperoleh banyak pengalaman, seorang mahasiswa seharusnya tidak hanya berfokus pada akademik melainkan berpartisipasi aktif pada kegiatan non-akademik. Hal itulah yang diterapkan Satriyani Dewi Astuti atau yang akrab disapa Yani, mahasiswi Ilmu Komunikasi UNAIR angkatan 2021 yang merupakan aktivis pengendalian tembakau. Ia terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Remaja 2.0 2023 Daerah Pilihan Jawa Timur.
Dewan Perwakilan Remaja merupakan organisasi yang bergerak dalam advokasi dan kampanye pengurangan dan pengendalian tembakau bagi anak muda Indonesia yang dibentuk oleh Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) dan Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia. Secara garis besar, kegiatan yang dilakukan antara lain prabimbingan teknis, bimbingan teknis, reses, serta RDPU (Rapat Dengar Pendapat Umum).
Dalam wawancaranya, mahasiswi Ilmu Komunikasi tersebut menceritakan pengalaman menariknya saat mengunjungi Kementerian Kesehatan untuk menyerahkan draft yang telah ditandatangani oleh Dewan Perwakilan Remaja kepada Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. “Kebetulan yang mengantar ke Kementerian Kesehatan itu aku, secara langsung aku menandatangani surat bersama kawan-kawan Dewan Perwakilan Remaja lainnya,” ujarnya. “Kita juga melakukan audiensi ke Kementerian Kesehatan membahas terkait RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang kami ajukan dan kita melakukan presentasi mini riset di setiap daerah Dewan Perwakilan Remaja terkait pengendalian tembakau,” imbuhnya.
Yani mengungkapkan dengan mengikuti kegiatan tersebut, ia memperoleh berbagai output, utamanya pengetahuan dan kesempatan untuk mengadvokasi isu-isu pengendalian tembakau. “Hal itu sejalan dengan passion aku terkait strategi komunikasi, khususnya mengkritisi kebijakan publik. Anak FISIP banget ya kalau bicara advokasi isu masyarakat dan bagaimana menyuarakan aspirasi masyarakat yang ada di daerah reses untuk dibawa ke pusat,” terangnya. Ia juga menyebutkan kesempatan untuk berdiskusi dan berjejaring semakin terbuka lebar melalui kegiatan yang ia ikuti.
Alasan dirinya mengikuti kegiatan ini dilatarbelakangi oleh kondisi daerah asalnya yang dekat dengan industri rokok. Yani juga melihat banyak anak muda menjadi target pemasaran rokok. Di samping itu, beberapa pihak tidak diuntungkan atas keberadaan industri rokok. “Masyarakat kini mulai menormalisasi merokok, kalau dilihat secara kesehatan, ekonomi, sosial itu merugikan. Bahkan passive smoker, juga sangat terganggu dengan adanya asap rokok,” ungkapnya. Ia menilai anak muda perlu untuk terjun dan berpartisipasi dalam upaya pengendalian tembakau dengan memberikan aspirasi kepada pemerintah. “Dalam melawan industri rokok ini tidak cukup dengan hanya mendengarkan suara masyarakat secara garis besar karena industri rokok punya banyak kekuatan untuk bisa mengendalikan suara masyarakat dengan campaign yang masif,” ujarnya.
Mahasiswi yang pernah menyabet gelar Best Delegate Parlemen Kampus tersebut berharap para anak muda dapat memiliki kesadaran dan kritis akan dampak industri rokok yang semakin dinamis. “Tidak hanya protes tetapi tahu substansi yang ingin dibahas dan caranya pun perlu diperhatikan, ada berbagai cara salah satunya menyurati Menkes secara langsung, melakukan audiensi, dan membawa data-data kepada para pemangku kepentingan,” pungkasnya.
Artikel ini mencerminkan poin 17 Partnerships of The Goals Sustainable Development Goals(SDGs) yang dicanangkan PBB. (SA).