SURABAYA – ADM WEB | Pada Rabu (29/3/2023) Aulia Thaariq Akbar, mahasiswa Ilmu Politik sekaligus Presiden BEM FISIP UNAIR 2023 diundang oleh salah satu stasiun TV, TVRI Jawa Timur pada program Rumah Demokrasi untuk membahas mengenai implementasi politik demokrasi di lingkungan kampus, khususnya FISIP UNAIR. Dalam segmen tersebut, Aulia menyampaikan mengenai sistem pembelajaran dan organisasi kemahasiswaan di FISIP UNAIR yang secara tidak langsung dapat membangun pengetahuan, minat, serta partisipasi mahasiswa terhadap politik.
“Di FISIP, memang kita secara teori belajar, tetapi di situ kita juga dituntut untuk tidak apatis dan melek terhadap politik, misalkan dalam materi-materi yang diberikan atau ujian-ujian yang diberikan itu bahkan diaktualkan dengan isu politik yang terjadi,” ujarnya. “Mungkin ada teman-teman yang tidak passion, tetapi ketika kuliah di FISIP mereka dituntut untuk bisa menyesuaikan,” sambung mahasiswa yang akrab dipanggil Ata tersebut.
Dalam konteks organisasi, Aulia menyebutkan bahwa sistem organisasi yang ada di FISIP mencoba untuk mengadaptasi penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis. Perwujudannya melalui sistem pemilihan serta struktur organisasi dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) yang serupa dengan sistem pemerintahan di Indonesia.
“Jadi (pada saat proses pemilihan) memang ada partai-partainya, ada masa kampanye, uji publik sehingga mahasiswa FISIP yang tidak berkompetisi pun bisa merasakan kontestasi ini jadi kita mendorong mereka seminimal mungkin ikut partisipasi politik dalam tataran kampus,” ujarnya.
Sebagai Presiden BEM FISIP UNAIR, Aulia juga menyampaikan bahwa ide dan gagasan yang dibangun dan berusaha untuk diwujudkan oleh BEM FISIP didasarkan pada dua hal. Pertama, marwah BEM FISIP yang telah ada dan terjaga sejak dahulu. Kedua, juga dibutuhkan penyesuaian terhadap isu dan kebutuhan dari mahasiswa FISIP.
“Kita sebagai organisasi BEM itu dapat berkembang ketika memang selaras dengan apa yang diminati oleh mahasiswa, tentu ketika kita berdiri sendiri tentu itu akan menjadi tantangan kita sebagai organisasi, sebab kita harus menyesuaikan apa yang menjadi atensi dari mahasiswa,” ujarnya.
“Jadi kita tidak menghilangkan marwah-marwah BEM yang sebelumya sudah ada, tetapi di sisi lain kita menyesuaikan apa yang menjadi minat mahasiswa dan apa yang sekarang jadi pandangan publik,” pungkasnya.
Artikel ini merefleksikan poin SDGs ke-16 Peace, Justice, and Strong Institution (SA).