KABAR FIKKIA – Peran Dokter Hewan tidak hanya dibutuhkan untuk penanganan satwa domestika. Lebih dari itu, profesi Dokter Hewan dibutuhkan sebagai pelindung keberlangsungan satwa liar di habitat aslinya. Di Indonesia, masih sedikit veterinarian yang memiliki spesifikasi keahlian penanganan satwa liar. Oleh karena itu, Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran dan Ilmu Alam (FIKKIA) Universitas Airlangga kembali menyelenggarakan Kuliah Tamu mengenai topik Wild Life Animal.
Kuliah tamu dilaksanakan pada hari Jum’at (3/5/2024) itu bertemakan “The Important Role of Indonesian Veterinarian in Wildlife Medicine and Conservation” di Ruang G.101 Kampus Giri.
drh. Yumni Khairina Ghassani, M.Si. dari Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia, diundang sebagai pemateri ekspert bidang konservasi satwa liar. Beliau merupakan pengurus Asosiasi Dokter Hewan Satwa Liar dan Hewan Eksotik Indonesia (ASLIQEWAN). Dalam kegiatan ini dihadiri oleh mahasiswa Kedokteran Hewan (KH) FIKKIA lintas angkatan dan mahasiswa Central Mindanao University (CMU). Kuliah tamu juga dihadiri oleh beberapa dosen KH FIKKIA, drh, Aditya Yudhana, M.Si., drh. Ratih Novita Praja, M.Si., drh. Maya Nurwartanti Yunita, M.Si., dan drh. Prima Ayu Wibawati, M.Si.
Dokter Hewan sebagai penjaga fungsi konservasi
Sesi selanjutnya adalah pemaparan materi oleh drh. Yumni Khairina Ghassani, M.Si., Peran penting dokter hewan satwa liar dalam menjaga tiga fungsi konservasi yaitu sebagai protection, preservation, dan sustainable use. Fungsi protection berarti sebagai perlindungan habitat, spesies, dan sekaligus ancaman spesies invasif. Sedangkan preservation berkaitan dengan pelestarian dan pengawetan plasma nutfah untuk mempertahankan keanekaragaman hayati. Keberadaan dokter hewan juga menjadi pengawal pemanfaatan sumber daya hutan dan satwa secara lestari (sustainable use)
Bekerja dan berinteraksi dengan satwa liar
Pada bidang konservasi, dokter hewan satwa liar dapat bekerja ex-situ dan in-situ. Ex-situ merupakan perawatan dan pelestarian satwa liar di luar habitat aslinya. Sedangkan in-situ merupakan perawatan dan pelestarian satwa liar di dalam habitat asli. Hal yang perlu diperhatikan dalam pelestarian ex-situ adalah menyiapkan tempat/kandang. Kandang ex-situ seperti taman safari dirancang serupa dengan habitat alaminya dan selalu mengamati perkembangan hewan.
Sama dengan ex-situ, pelestarian secara in-situ mewajibkan dokter selalu memantau perkembangan satwa, pencatatan jumlah satwa liar yang berada di hutan, dan menemani orang utan untuk melaksanakan kegiatan sekolah hutan.
Tantangan menjadi dokter hewan satwa liar
drh Yumny menceritakan pengalamannya bekerja di hutan. Disana tidak memungkinkan adanya sinyal ponsel, sehingga perlu naik keatas bukit agar mendapat sinyal. Medan yang dilalui pun juga susah untuk dilewati. Resikot terluka akibat gigitan atau cakaran satwa dapat menjadi makanan sehari-hari bila kita tidak terbiasa dengan kebiasaan hewan yang ditangani. Itulah mengapa perlu banyak pengalaman dan berhati-hati dalam penanganan satwa.
Pada akhir pemaparan drh. Yumni Khairina Ghassani, M.Si. berpesan kepada calon dokter hewan FIKKIA yang hadir.
“Pengalaman orang lain adalah guru terbaik. Menjadi dokter hewan apapun adalah tugas yang mulia, sebenarnya kita tidak perlu menunggu passion untuk berkarir. Mengerjakan apa yang kita suka, akan menjadi hobi yang berbayar. Passion akan datang sendirinya kepada mu. Wildlife Vet? is Our Responsibility “. ungkapnya
Penulis: Hanifa Khansa Khairunnisa
Editor: Avicena C. Nisa